🌼Chapter 59🌼

525 12 0
                                    

🌷"Kamu yang datang, kamu juga yang merusaknya."🌷

  "Ayo kita pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  "Ayo kita pergi." Yina menghapus kasar buliran air matanya, ditariknya langsung tangan Victor supaya pergi menjauh cepat. Rasanya tidak sudi melihat wajah seseorang yang sudah membuat dirinya dulu rapuh. Ia berjalan cepat keluar, mengabaikan panggilan demi panggilan dari Gino.

  Gino berlari mengejar, ia tidak mau diam saja. Langsung saja ia menarik pergelangan tangan Yina, supaya menahan wanita itu. Sontak saja Yina berusaha ingin dilepaskan, namun kekuatan Gino jauh lebih kuat ketimbang dirinya.

  "Lepas nggak!" ketusnya, dengan melotot tajam.

  "Yina, dengarkan aku dulu. Aku minta maaf, aku ngaku salah."

  Perkataan Gino barusan berhasil membuat Yina tertawa remeh. "Maaf katamu? Kamu pikir dengan kata maaf saja bisa menghapus rasa sakit ini?" ucapnya, tak habis fikir.

  "Aku tau itu, maka dari itu aku ingin menebusnya. Aku akan memberitahu rahasia ini ke mama dan juga Debbi, supaya tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi, dan aku juga akan membiayai hidup kalian." ucap Gino bersungguh-sungguh, cukup dilihat dari guratan wajahnya. Yina hanya geleng-geleng kepala kecil, baginya tidak ada cara apapun untuk menghapus luka yang telah lama itu, bahkan melihat wajah laki-laki itu saja membuat torehan luka hatinya kembali bangkit. Siapa yang tidak marah? Kesal? Emosi? Saat dirinya butuh pertolongan, kemana perginya laki-laki itu dulu?

  "Tidak perlu, semuanya juga sudah terlambat. Menjauh dari hadapanku, aku tidak mau melihat wajahmu lagi! Jangan pikir aku tidak bisa membiayai hidup kami berdua, kamu lihat sekarang? Aku tidak seperti orang gelandangan kayak dulu lagi. Jadi, tolong, jangan halangi langkah kami." Yina sekuat mungkin agar tidak menangis, Yina sendiri sadar bahwa dirinya memang wanita yang mudah menangis. Ia selalu berusaha agar tetap tegar, tapi tidak bisa.

  Gino melepaskan genggamannya dari tangan Yina. Wanita itu segera berlalu, tapi baru beberapa langkah, Gino berlari dan berdiri dihadapan mereka berdua.

  "Mau apalagi kamu?!" bentak Yina, sudah emosi. Sedangkan Victor hanya diam, sembari memandang kedua orang dewasa tersebut secara bergantian, tentunya dengan tatapan heran.

  Gino membuang nafas berat, dialihkannya pandangannya ke bawah, menatap anak laki-laki itu yang juga lagi menatapnya.

  "Katakan padaku, apa dia benar-benar anak kandungku?"

  Kedua bola mata Yina yang kehitaman tersebut membulat total, cepat ia menarik Victor supaya berada di belakang tubuhnya. "Kenapa kamu menanyakan itu? Kamu lupa, kalau dulu selalu menyangkalnya?" Tidak bisa ditahan lagi, kedua mata Yina sudah nampak berkaca-kaca. Kejadian lama yang memilukan itu timbul lagi mengiris batinnya. Sungguh, Yina tidak kuat berhadapan dengan masa lalunya yang jauh dari kata takdir baik. Terlebih lagi, perlakuan Gino dulu tidak bisa dihilangkan dalam ingatan dan hatinya.

Not Dream [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang