🌼Chapter 66🌼

541 18 0
                                    

🌷"Salahku sendiri yang membuat kisah menjadi seperti ini."🌷

"Gino Elliot Qouriel"

  "Gin, bisa mampir dulu nggak, ke toko atau warung gitu? Gue lupa tadi mau beli minuman, asli, haus banget gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  "Gin, bisa mampir dulu nggak, ke toko atau warung gitu? Gue lupa tadi mau beli minuman, asli, haus banget gue." Aldo mengeluh, sambil mengusap lehernya naik-turun. Rafi yang duduk di depan, samping Gino, memutar kedua bola matanya jengah.

  "Hah, ya sudah." Gino pun memelankan laju mobilnya, perlahan-lahan ia memasuki halaman Alfamart. Ketika mesin mobil sudah mati, segera Aldo keluar.

  "Eh, kalian berdua mau nitip nggak?" tawarnya, lewat kaca mobil yang terbuka setengah.

  "Boleh deh, satu, air mineral dingin." sahut Gino.

  "Kalau lo Raf?" tanyanya ke temannya yang satu itu.

  "Samain aja." jawabnya, meskipun tidak haus, tapi ia pikir rasa haus itu tidak bisa ditebak akan kapan datang menyerangnya. Pada akhirnya ia memesan satu botol minuman juga.

  "Mau sekalian beli cemilan?" Lagi, Aldo bertanya, kedua sahabatnya kompak menggeleng.

  "Oh, ya udah." Kemudian ia beranjak pergi.

  "Lo ada punya rencana lain Gin?" tanya Rafi, selepas Aldo sudah masuk ke dalam Alfamart.

  Gino menatap lurus ke depan, dimana tangannya masih memegang kemudi. "Ya, gue juga baru ingat sekarang. Davin itu satu sekolah sama Victor, besok, kemungkinan besar dia pasti akan masuk. Kalau gue bertanya langsung pun ke Victor, tidak mungkin dia mau memberitahu alamat rumahnya. Oleh karena itu..." gantungnya, terus menatap Rafi.

  "Besok, gue akan datang ke sekolah itu untuk meminta data ke wali kelasnya." sambungnya, bertampang serius.

  "Apa perlu kami temani?" Rafi bertanya, yang di balas Gino berupa gelengan kecil.

  "Tidak, gue bisa sendiri. Lagian juga, kalian pasti sibuk kerja. Maaf, karena gue sudah ngerepotin kalian berdua." ucapnya, merasa bersalah, sebab melibatkan kedua sahabatnya itu ke dalam masalah yang ia buat.

  Rafi menepuk pundak Gino sebentar, sambil tersenyum simpul. "Nggak lah, malah kami senang bisa membantu lo." Gino turut tersenyum.

  "Thanks,"

'Blam!

  "Eh, eh buru tancap gas! Gin, cepat Gin!"

  Mereka berdua dikagetkan dengan bunyi pintu mobil yang di tutup begitu kencang, Aldo datang-datang panik sendiri, ingin cepat-cepat pergi. Beberapa kali ia menepuk-nepuk pundak Gino sambil terus mendesaknya.

Not Dream [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang