Kinda Weird

38 1 0
                                    

Di keesokan harinya, hari terakhir kita di Perancis sebelum besoknya ke Jerman. Kita berangkat ke Eiffel Tower berempat aja sama Aunty Camilli dan papi. Papi yang bawa mobil sewaan kita selama di Paris ini. Sesuai sama rencana Aunty Camilli, dia mau ke Eiffel lagi, sedangkan gue dan Arinda diarahin buat beli baju-baju lucu deket Eiffel. Dari dalam mobil, aunty udah tunjukkin tokonya, ada di sebelah kiri dari arah laju mobil, berseberangan sama menara Eiffel. Setelah parkir, kita turun dari mobil. Gue dan Arinda mau langsung ke sana. Papi sama Aunty Camilli ke arah kanan.

"Eh, kalian mau kemana? Ini Menara Eiffel sebelah kanan!" teriak papi kembali menyusul gue dan Arinda.

"Kita mau beli baju dulu, Pi."

"Iya, nanti mereka nyusul kok," saut Aunty Camilli.

"Oh yaudah, papi sama kamu aja nungguin beli baju." Papi malah ikut nimbrung sama gue dan Arinda, meninggalkan Aunty Camilli sendiri di sisi kanan.

"Aunty mau ikut kita juga kah? Biar bareng ke Eiffelnya nanti."

"Oh, that's okay! I'll go there first. Let's meet there after you finished! Happy shopping fellas~" Lalu dia langsung pergi meninggalkan parkiran menjauh dari kita. Entah kenapa feeling gue dia bete. But why?

Kita gak mempermasalahkan itu dan terus jalan ke toko yang direkomendasikan sama Aunty Camilli. Iya sih, banyak baju lucu-lucu di sini, tapi gak seheboh apa yang gue ekspektasikan pas dijelasin sama dia.

Kita gak lama-lama di sini karena kasian Aunty Camilli sendirian di sana. Dia udah nunggu di cafe deket Eiffel. Pas kita sampe di sana, ternyata tempatnya romantis bangett!

Mejanya hanya untuk dua orang, tapi pas kita dateng, Aunty Camilli suruh waitress untuk menggabungkan dua meja supaya jadi berempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mejanya hanya untuk dua orang, tapi pas kita dateng, Aunty Camilli suruh waitress untuk menggabungkan dua meja supaya jadi berempat. Ini udah sus banget sih menurut gue. Kalo sebelumnya papi sama dia berdua, berarti yang dia siapin sekarang ini untuk makan malam bareng papi dong? Gue liat-liatan sama papi, tapi papi kayaknya juga gak tau apa-apa. Kayaknya gue coba harus tanya ke papi deh, antara malam ini atau besok.

Selama makan malam, Aunty Camilli gak bilang apa-apa ataupun ajak bicara siapa-siapa. Merengut aja gitu, tapi berusaha supaya tetep terlihat baik-baik aja. Gue rencananya mau nanya sama papi setelah pulang dari sini atau sekalian gue tanga aunty-nya, tapi sayangnya pas pulang gue udah ngantukkk bangettt! Akhirnya gak jadi nanya deh gue.

Besokan harinya, ketika kita mau ke stasiun kereta dari Perancis ke Jerman pagi-pagi, Aunty Camilli tiba-tiba pamit ke peron kereta lain karena katanya ada urusan di Belanda sama temennya. Jadi dia tinggalin kita di Jerman nanti.

"Pokoknya, kamu kalo mau tanya-tanya aku bebas ya. I will send you the maps of Germany's top visitor places. Don't be hesitate to ask me anything! I'm really sorry for not accompany you on the last trip of Schengen countries. Ada urusan mendadak dari temenku semalam, so I must go to Netherlands. I hope I still can take you the airport in Finland before you go back to Jakarta. Byeee!" Aunty Camilli peluk aku dan Arinda sebelum pamitan, terus cuma bersalaman sama yang lain, kecuali papi. Dia cuma senyum ke papi, papi juga senyumin balik ke dia. Sehabis itu dia pergi dan gak lama kemudian kita juga masuk ke gerbong kereta.

Crush with BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang