Sesuai rencana, gue dan papi ke rumah Tante Ratna di hari Rabu pagi. Entah apa yang merasuki gue, tapi gue malah ngabarin Aranda tentang ini.
Estella: Pagi ini gue mau ke rumah Tante Ratna dulu sama papi. Abis itu baru ke apart.
Arananda: Santai. Nanti kalo gua balik kelas dan sampe pertama ke sana, gua rapihin duluan.
Estella: Ok, thx.
Arananda: Urwell, Estella :)Gue bilang sama papi kalo pulangnya mau langsung main sama temen, dia curiganya itu Malik, tapi gue gak jawab iya ataupun enggak. Biar drama berjalan dengan sendirinya aja. Kita mampir sebentar ke toko kue dan toko bunga karena papi mau kasih hadiah spesial ke Tante Ratna. Haha. Di saat orang-orang beliin pasangannya bunga, gue malah beliin 'pasangan' gue collar. Emang rada-rada sih kita ini.
Di rumah Tante Ratna, kita disambut baik sama anaknya, yaitu Sita dan Amalia. Mereka suruh kita masuk dan menunggu mamanya di ruang tamu. Gue bisa merasakan sedeg-degan apa papi sekarang haha. Apalagi ketika Tante Ratna akhirnya datang dan menghadap kita langsung. Duh ... jujur gue gak tau harus ngomong apa. Biar papi duluan aja lah ya yang ngomong. Sita dan Amalia disuruh masuk kamar dulu.
"Ratna, aku minta maaf sekali atas apapun yang pernah terjadi di antara kita. Mungkin aku gak tau apa yang bikin kamu semarah ini sama aku, tapi aku menyadari aku juga pernah membuat kesalahan fatal yang bisa bikin kamu sekecewa dan sebenci ini sama aku. Aku menyadari kekecewaan itu dan enggak mengelak sedikitpun. Aku meminta maaf yang sedalam-dalamnya dan berjanji ..." Papi liat ke gue sejenak seakan gak yakin sama kalimat setelahnya, "—untuk enggak mengulanginya kembali dan akan selalu jujur sama kamu apapun yang terjadi." Berani banget papi ngomong gini!
"Kenapa kamu gak sama perempuan itu aja? Kan lebih setara sama kamu. Kamu juga udah tau latar belakang keluarganya seperti apa. Kamu udah mendapatkan dia seutuhnya. Untuk apa mengejarku kembali?"
"Enggak, Ratna. Itu hanya kekhilafan—"
"Memangnya berapa kali sampai kamu bilang karena khilaf?" papi gak berani jawab, dia menoleh ke gue lagi. YA GUE JUGA GAK TAU KALIAN BERAPA KALI! "kenapa nengok ke Ella mulu? Emang Ella tau semuanya?"
"Enggak, Tan. Aku gak tau apa-apa." Menolak untuk ikut campur lagi.
"Enggak. Aku cuma gak tau harus jawab apa dan berpegangan pada Ella ketika aku gelisah."
"Kenapa gak tau harus jawab apa? Pertanyaanku sinpel loh. Menggunakan angka, statistik, data pasti, bukan opini dan pendapat kamu. Kenapa gak bisa jawab? Atau saking banyaknya kamu sampai gak inget kuantitasnya?" Dari cara ngomongnya aja udah kelitan sih Tante Ratna ini pintar dan berkelas.
"Ahm ... enggak ... cuma ... lima kali ...." GUE IKUTAN SHOCK DONGGGGG!!!!!!! ANJIRRR BANYAK BANGETT GAK SIH! "tapi angka itu gak akan bertambah lagi kalau kamu kembali sama aku, Rat!"
"Itu khilaf? Haha. Kalo gak kembali sama aku gimana? Berarti nambah dong?"
"Enggak jugaa. Tolong, kasih aku kesempatan lagi! Sekaliii aja!"
"Iya, Tan. Aku juga minta maaf sekali kalau aku yang pertama memulai ini. Aku nyesel udah menyangkutkan papi dan Tante Ratna ke urusan personal aku. Aku janji akan mendukung tante sama papi sepenuh hati aku."
"Kenapa kamu gak dukung tantemu sendiri? Kan kalian udah kenal semenjak kamu lahir."
"Enggak, Tan. Aku gak kenal dia siapa sekarang." Papi lirik gue seakan ingin menanyakan sesuatu.
"Memang kalau kita baikan, apa yang mau kamu lakukan, Mas?" Ahhh, ini pertanyaan sulit banget sih! Tapi gue jadi Tante Ratna mungkin juga akan menanyakan hal yang sama. Mereka udah bukan lagi remaja yang membawa hubungan dengan main-main. Mereka udah saling memiliki keluarga masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush with Benefits
Romance"Hidup di belakang topeng dan menari di atas panggung." Kiasan yang cocok untuk Estella Beatrice dan Mischa Arananda di saat kehidupan sempurna mereka terbantah dengan preferensi menyimpang yang mereka lakukan untuk melampiaskan beban kehidupan.