"Kamu mau ke Finland, La?"
"I don't know. Maybe it's the best option I can do."
"But how about your study?"
"Aku bisa ambil cuti."
"La, are you serious?"
"Of course I am! Kamu gak liat tadi mereka semua rekam videonya! Itu bisa dengan mudah menyebar! Gak ada yang bisa melihat kita kayak dulu lagi, Ran! Our bodies have exposed very explicitly!"
"Oh, God!" He face palms with tears.
Karena ini warung yang terbuka langsung ke jalanan, kita bisa liat kendaraan yang berlalu-lalang di sini. Lalu ada satu motor berisi dua laki-laki yang berhenti dengan gegabah di samping mobil kita. Dari kejauhan, gak keliatan mukanya, tapi ketika mendekat, gue bisa melihat bahwa itu adalah Dapit dan Adam.
"Oh, shit! We should go now!" Gue menggandeng tangan Aranda untuk segera berdiri.
"EH! Mau kemana! Tenang-tenang. Kita gak akan macem-macem, janjiii!" Telat. Udah dihalangin sama mereka.
Akhirnya kita kembali duduk di sini, berhadapan dengan mereka berdua.
"Kita disuruh Mas Hanung buat cari dan ikutin kalian. Kita takut kalian kenapa-kenapa di jalan."
"We're fine. Don't worry," cut Aranda.
"Gak papa kok, gak papa. Tenang aja. Gak cuma kalian yang lakuin itu. Gua sama cewek gua lakuin itu kok. Cuma gak diganggu sama setan kayak Malik aja yang sok ngide buat cari dan sebarin video kalian buat bales dendam," bela Adam.
"Iya, gua minta maaf banget atas perilaku temen gua itu. Dia bukan temen gua lagi sekarang. Ran, La, tadi tuh yang dicaci malah Malik. Dia sama sekali gak berhak buat lakuin ini. Yang salah itu dia!"
"Udah, gak usah comforting kita deh. Tau kok kita juga yang salah. Kita yang binal. Harusnya kita gak lakuin itu."
"Kita gak semunafik itu, La, Ran."
"Masalahnya kalian kan tau image gue sama Aranda di kampus itu gimana! Ancurrr udah semuanya!"
"Asal gak ada yang cepu dan cukup bajingan untuk nyebarin videonya, harusnya kalian masih aman. Cuma kita-kita aja yang tau. Toh, video aslinya kan udah rusak tadi lu ancurin laptopnya kan? Yang ada cuma video rekaman dari jauh."
"Malik gak akan sebodoh itu untuk nyimpen file di satu device doang."
"Iya sih, pasti dia simpen juga di hpnya. Kan dia suka sama lu, La. Bisa dinikmatin sendiri." MAKIN NANGIS DONG GUE DIBILANG GITU!
"EHHHH!! SORRY-SORRY! GAK MAKSUD GITU SUMPAH!!"
"AH! GIMANA SIH LU, PIT!"
"Udah deh, kalian balik aja. Gua sama Ella juga mau balik kok langsung ke Jakarta. Gak mungkin juga kita balik ke sana." Aranda peluk gue dan menenangkan gue.
"Duh, maaf banget ya. Emang mulut suka gak kekontrol."
"Ya udah, balik aja. Bilang sama mereka kita udah balik." Aranda ajak gue berdiri dan keluar dari warung menuju mobil. Mereka berdua juga ikut ke mobil.
"Hati-hati di jalan ya! Kalo ada apa-apa kabarin aja." Aranda cuma kasih jempol ke mereka dari kaca mobil yang masih terbuka, sedangkan gue masih nangis di jok depan mobil.
Kita melanjutkan perjalanan malam ini dengan penuh keheningan, tapi di otak kita masing-masing pasti udah penuh dengan pemikiran-pemikiran negatif yang menyelimuti.
"Gara-gara Dapit, aku jadi kepikiran. Kalo video kita kesebar, or at least cuma orang-orang tadi aja yang liat. Selain nama kita hancur, kita juga bisa jadi bahan masturbasi orang gak sih, Ran? It was so explicit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush with Benefits
عاطفية"Hidup di belakang topeng dan menari di atas panggung." Kiasan yang cocok untuk Estella Beatrice dan Mischa Arananda di saat kehidupan sempurna mereka terbantah dengan preferensi menyimpang yang mereka lakukan untuk melampiaskan beban kehidupan.