Di rumah, gue mau mencoba saran dari Aranda, yaitu sok-sokan beresin baju laundry ke lemari papi sekalian gue cari tuh kunci apart ada di mana! Gue bawa beberapa pasang baju papi dan masuk ke kamar papi. Abis gue beresin, gue bongkar tuh isi lemari sama laci tempat kemarin papi simpen kartu akses apartnya. Pas lagi sibuk nyari, tiba-tiba ada yang buka pintu dan masuk ke kamar, ternyata itu Auntu Camilli. Dia cuma bersandar di pintu kamar sih sambil liatin gue.
"Ngapain kamu ke kamar papi? Tumben." Licik sekali nadanya ya? Sarkas.
"Lagi rapihin laundry-an aja. Aunty sendiri ngapain ke sini?"
"Soalnya papimu bilang suruh jagain kamarnya, jangan ada yang masuk. Aku liat kamu masuk kamar, jadi aku tanya." Oh jadi gitu, Pi? Sekarang papi berpihak ke dia? Oh gitu. Oke!
"Ya udah, bentar lagi keluar kok. Aunty keluar duluan aja." Gue masih sok-sokan rapihin baju papi di lemari.
"Gak papa. Aku tungguin di sini." FUCK!!! DAH LAH MALES!
"Done." Gue menutup pintu lemari papi lumayan kenceng, abis itu jalan keluar dari pintu kamar melewati Aunty Camilli dengan ekspresi yang benciii banget!
"Kamu cari apa sih? Cari ini?" Ketika Aunty ngomong gini, gue langsung balik badan ke arahnya. Ternyata dia megang kunci apartnya dia sendiri. KOK BISA ADA DI DIA? GAK! GUE GAK MAU TERPANCING! Gue lanjutin jalan gue menuju ke kamar gue sendiri.
"Hey, Ella! Kamu bisa nanya baik-baik loh sama aku! Kita bisa kompromi! Aku salah apa sampe kamu kayak gini? Masih soal kondom itu—"
"SHUT THE FUCK UP!" akhirnya gue berhenti melangkah dan kembali menghadap ke Aunty Camilli, "I want you to take a DNA test when your pregnancy is on 10 weeks! And I will find whether it is my father's baby or not!" I point my finger on her face with a huge rage.
"Woowwww! Okay! I'll take the DNA test if you tell your father about that condom." FUCK! "are you brave enough to do that?" AWAS YA LO!
"I'll never make you life peacefully!" threatened me before I leave her.
Gue kembali ke kamar, mengunci pintu, dan mengatur ulang strategi dengan Aranda. Aunty Camilli udah bekerja sama dengan papi. Akan lebih susah cari celahnya!
"How if you tell him about us?"
"It's not gonna happen, Aranda! Don't be ridiculous! I don't want to separate with you!"
"We're not gonna be separated. Trust me! I'll be responsible for it!"
"Fuckkk the world! Oh my God!"
"Gua coba cari temen yang IT. Kali aja ada yang bisa hack hpnya."
"Jangan!!! Jangan main-main sama itu. Kalo ketauan, lo bisa kena tuntut dan masalahnya akan semakin kacau."
"So what would you do?"
"Kalo kandungannya baru 3 mingguan, berarti masih ada 7 minggu lagi untuk berpikir. Gue gak mau impulsive lagi."
"Okey. Kabarin apapun keputusan dan rencana lu."
Gue gak bisa mikir apa-apa, tapi satu hal yang mau gue lakuin adalah bikin papi kembali kasih percayaan sama gue! Gue harus coba deketin dia lagi!
Pas makan malam, gue ikut makan malam di meja makan, sekalian gue mau izin soal hari Jumat gue mau survei ke Puncak. Semoga gak aneh-aneh deh. Di sini ada Aunty Camilli juga. Kita bertiga makan malam kayak bisa.
"La, tadi katanya kamu—" GUE BAHAS SEKARANG DEH KEBURU PAPI BAHAS YANG TADI SIANG!
"Pi, hari Jumat ini aku mau survei ke Puncak buat jalan-jalan akhir semester sama dosen, nanti dosennya yang bayarin semua. Aku mau bawa mobil bareng sama temen-temen kelasan lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush with Benefits
Romance"Hidup di belakang topeng dan menari di atas panggung." Kiasan yang cocok untuk Estella Beatrice dan Mischa Arananda di saat kehidupan sempurna mereka terbantah dengan preferensi menyimpang yang mereka lakukan untuk melampiaskan beban kehidupan.