"Saya di sini sebagai dekan seharusnya tidak ikut campur permasalahan mahasiswa atau dosen-dosen yang ada di sini! Namun kali ini, permasalahannya menyangkut nama baik kampus! Apalagi ada kaitannya dengan aktivitas yang melibatkan dosen dan mahasiswa! Jadi di sini saya berperan sebagai pemimpin yang menegur anggotanya!" Gak ada yang berani nyautin, semuanya menunduk, termasuk Mas Hanung. Badan gue langsung gemetar dan panas dingin sendiri.
"Saya heran sekali kenapa hal ini bisa jadi di kampus ini! Lebih herannya lagi, itu menyangkut dengan mahasiswa-mahasiswi yang memiliki image sangat baik di dalam dan luar kampus! Arananda! Kamu itu mahasiswa berprestasi! Penghargaanmu melimpah! Bahkan dari kampus sudah disediakan beasiswa S-2 di Finlandia loh! Estella juga! Kamu orang yang terkenal humble, outgoing, friendly ke semua orang! Kok bisa-bisanya semua jadi kayak gini! Apa yang melatarbelakangi kalian sampe bisa melakukan hal tercela kayak gini!" Gak ada yang bisa jawab.
"Saya tau itu adalah hak dan privasi kalian, tapi cukup di kalian sendiri aja! Gak usah disebar-sebar!" WE'RE NOT SHARING IT!
"Kita sama sekali tidak ada niatan untuk menyebar video tersebut, Ibu," bela Aranda dengan nada sedikit gemetar.
"Saya gak peduli siapa yang rekam dan siapa yang sebar! Yang jelas, nama kampus kita sudah tercoreng! Kalian tau gak video-video itu sedang menjadi tren di media sosial?" OH SHIT! Nyawa gue kayak melayang .... Rasanya mau pingsan saat ini juga! Gue yang tadinya duduk tegak langsung bersandar di sofa dan sontak bikin semua orang kaget dan melihat ke gue.
"La!" Papi mengguncang kecil badan gue, memastikan masih sadar enggak. Lebih tepatnya masih waras atau enggak.
"Sudah mah itu adalah aktivitas seksual, pornografi, ditambah kekerasan pula! Saya dikasih unjuk sedikit tayangannya dan membuat saya merinding! Bagaimana bisa dua insan dengan reputasi sangat baik berubah menjadi makhluk-makhluk menghinakan yang bisa melakukan itu? Apa yang ada di benak kalian! Sekeji apa kehidupan di belakang kalian sampai kalian melampiaskannya dengan cara seperti itu! Kalian butuh konseling tau gak! Aneh! Menyimpang!" Gue masih di posisi semula, bersandar di sofa. Lemes banget serasa gak bisa gerakin badan. Gue membayangkan satu Indonesia bisa melihat tubuh gue tanpa sehelai busana sambil melakukan hal menyimpang tersebut. Lebih sakitnya adalah dalang dari semua ini ternyata merupakan orang yang paling gue jadikan pedoman dalam kehidupan, papi.
"Arananda, Estella, dan Malik, kalian semua terpaksa saya drop out dari kampus!" AAAAAAA!!!!
"BU JANGAN DONG, BU!" "KASIH KAMI KESEMPATAN UNTUK MEMPERBAIKI INI SEMUA!" "Bu, tanggung sekali mereka udah semester 6, tinggal skripsi," "Ibu tolong ..." Mereka semua berisik banget! Gue gak bisa membela diri gue lagi. Jadi ketika mereka semua, termasuk papi, berdiri dan berbicara langsung di hadapan dekan, gue masih tetep di posisi semula, kehabisan energi untuk melanjutkan kehidupan.
"Ibu! Anak saya sudah banyak berkontribusi positif di kampus ini! Kesalahan setitik seharusnya tidak boleh merusak nila sebelanga! Memang itu hal yang sangat fatal, tapi anak saya juga masih punya masa depan! Seharusnya itu tidak merugikan siapa-siapa! Tidak ada nyawa yang terancam, tidak ada jiwa yang tersakiti! Ini kenakalan masa remaja yang kurang beruntungnya tersebar saja! Saya juga dosen, saya tau mahasiswa saya banyak yang juga seperti ini, hanya saja tidak terekspos. Tolong, Bu. Beri satu kesempatan lagi. Dia tidak akan mengulangi hal yan sama! Saya juga ikut andil untuk menjaga video-video tersebut agar tidak menyebar lebih luas dan menjaga nama baik kampus!" bela bapak tirinya Aranda.
"Betul sekali! Saya memiliki koneksi dengan kepolisian, jadi siapapun yang memposting videonya akan kena sanksi. Akan saya bantu report semua video yang tersebar agar dihapus selamanya dari media sosial," lanjut papi dengan penuh emosi.
"Lalu kenapa Anda tidak menangkap sumber utama yang menyebarkan video anak Anda? Orangnya ada di sini loh." Bu dekan melihat ke arah Malik yang membuat papi juga ikut melirik ke Malik. Malik cuma bisa menunduk tanpa merespon apapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crush with Benefits
Storie d'amore"Hidup di belakang topeng dan menari di atas panggung." Kiasan yang cocok untuk Estella Beatrice dan Mischa Arananda di saat kehidupan sempurna mereka terbantah dengan preferensi menyimpang yang mereka lakukan untuk melampiaskan beban kehidupan.