Gue nangis di mobil. Pasti lah! Ini berat banget! Papi yang sebelumnya adalah pedoman hidup buat gue, sekarang malah jadi seseorang yang paling gue himdarin dalam hidup!
"What did he talk with you?" asked grandpa.
Akhirnya gue menceritakan tentang apa yang kita omongin tadi sambil nangis-nangis. Ini menyedihkan memang, tapi mungkin ini adalah jalan yang terbaik.
Kita makan siang dulu sebelum ke apart. Gue mau kabarin Aranda tentang pelarian gue ini, tapi tiba-tiba kontak Aranda hilang dari hp kedua gue. Udah pasti dari hp pertama juga gak ada karena cuma tersisa kontak keluarga aja di sini. AAAAAHHHHHH!!!!! KENAPA SIH!!!! I HAVEN'T SAID GOOD BYE YET!
"Udahlah, La. Jangan fokus ke sana dulu. Sekarang kita harus secepatnya mengurus semuanya sebelum kita ke Finland. Kalau sudah terurus semua, nanti kita cari cowokmu." Baiklah. Kita ikutin aja mereka.
Harusnya gue hari ini ke kedutaannya, tapi reschedule jadi besok pagi. Sekarang gue mempersiapkan apa aja yang bakal gue bawa besok. Semoga lancar yah! Gue pengen cepet-cepet pergi dari sini meskipun belum sepenuhnya tenang kalo belum ketemu Aranda.
Jadwal ke kedutaanku jam 10 pagi, jadi jam 8 udah siap-siap dengan semua dokumen yang udah dibawa. Gak terlalu lama sih pengurusannya. Jadi tinggal tunggu aja.
Abis dari kedutaan, gue sama grandma dan grandpa pergi ke kota tua naik Gocar. Kita kayaknya harus sewa mobil di sini deh biar gak boros Gocar terus kalo mau kemana-mana. Pasti mereka juga udah lama banget gak ke Indonesia dan pengen muterin Indonesia sebelum balik ke Finland.
Grandpa punya rencana untuk muterin Indonesia, gak cuma Jakarta biar mereka lebih puas di Indo. Mungkin mau ke Bandung, Surabaya, Bali, Yogyakarta, dan kota-kota lain. Kita trip aja sih sembari urusan pervisaannya selesai.
Sebelum itu, gak lupa kita ke makam mami dulu. Grandpa sama grandma udah lama banget gak ke sini, pasti mereka kangen banget sama anaknya.
Setelah bersama grandpa dan grandma, gue duduk sendiri di makam mami. Gue kayak lagi curhat sama mami. Grandpa dan grandma nunggu di tempat duduk pinggir makam. Nangis, takut, cemas, pedih sekali rasanya. Grandpa sama grandpa sampai beberapa kali samperin gue karena takut gue kenapa-napa. Gue cuma mencurahkan emosi aja sebenernya. Gak bisa gue lampiasin lagi ke siapa-siapa.
Visa gue diperkirakan masih menunggu dua mingguan lagi. Jadi kita bertiga merealisasikan rencana kita untuk muterin Indonesia naik pesawat. Papi bener-bener lost contact sama gue. Gak ada satupun orang yang gue contact. Serasa hidup sendirian gue sekarang.
Perjalanan pertama kita ke Bandung, nginep dua hari doang, abis itu lanjut ke Yogya, Surabaya, dan terakhir ke Bali. Jujur, selama perjalanan ini, gue berusaha bahagia, tapi hasilnya masih hampa. Cuma bisa pura-pura ketawa, bahagia, dan senyum, padahal rasanya semua itu perlahan menghilang. Bukan sedih, tapi gak kerasa aja. Gak tau kenapa, gue juga gak bisa mikir apa-apa. Jadi gue jalanin dulu aja kayak gini. Gue yakin setelah di Finland nanti, semuanya akan menjadi lebih baik.
Setelah hampir dua minggu dan visa gue dikabarkan udah jadi, gue, grandma, dan grandpa balik ke hotel kita di Jakarta. Rencananya kita bakal berangkat tiga hari lagi. Sebelum itu, gue minta ke mereka buat cari Aranda dulu. Gue mau pamitan sama dia.
Gue coba untuk ke rumahnya yang lama dulu, kali aja dapat pencerahan di sana meskipun gue tau dia pasti gak di rumah bapak tirinya.
Di rumah bapak tirinya, gue liat pintunya dikunci, gak ada kendaraan apapun di sini, tapi lampunya nyala. Kemungkinan lagi gak ada orang di rumah. Gue gak punya kontak siapa-siapa buat tanyain ini.
"You said that your papi knew his new address right?" asked grandma.
"He blocked me already. He also never gave me the address."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush with Benefits
Romance"Hidup di belakang topeng dan menari di atas panggung." Kiasan yang cocok untuk Estella Beatrice dan Mischa Arananda di saat kehidupan sempurna mereka terbantah dengan preferensi menyimpang yang mereka lakukan untuk melampiaskan beban kehidupan.
