Di hari Jumatnya, papi masih belum datang juga. Karena gabut sendirian, jadi gue suruh aja Aranda dateng ke sini buat temenin gue jagain Aunty. Dia dateng kira-kira jam 11-an sambil bawain kita makan siang. Awww lucu banget!
"Hai, Aranda! Long time no see!"
"Halo, Aunty!" Mereka saling salaman. Gue jadi ngeri gara-gara kemaren dia bilang gak bisa melihat Aranda dengan impression yang sama lagi HAHA!
"Ini aku pindahin ke piring ya makanannya." Gue bawa bungkus makanannya ke meja yang ada piringnya.
"Nanti aja lah, La. Baru dateng. Ngobrol dulu aja."
"Oh gitu, oke."
Gue sama Aranda jadinya duduk di samping Aunty Camilli. Dia sendiri juga duduk bersandar di kasurnya.
"Kalian jadi FWB-an sejak kapan?" KAGET DONG KITA! HAHA! Pertanyaan pertama udah tepi jurang banget.
"Ahmm ... dari ... kapan ya?" Gue jadi bingung sendiri jawabnya.
"Minggu kelima kuliah gak sih? Haha."
"Kayaknya iya sih."
"Oh, udah lama. Tapi bukannya kamu sempet deket sama Malik? Eh— sorry ya, Aranda, aku bahas nama lain haha." Ini dia masih manas-manasin apa gimana dah?
"Santai aja, haha. Aku juga tau tentang itu kok."
"Hahaha. Itu tuh cuma pengalihan aja sebenernya karena papi lagi curiga sama Aranda. Malik emang suka sama aku dulu pas semester 5 karena aku sering godain dia. Aranda juga di kelas suka aku godain. Eh, bapernya beneran."
"Lagian kamu kalo godain cowok gak liat-liat dulu. Kamu cantik gini siapa yang gak tergoda?" HAHA AWW JADI MALU!
"NAH KAN!" Setuju banget lagi si Aranda HAHA!
"Justru aku udah liat-liat dulu. Kalo cowoknya gampang baper ya aku gak godain dong. Karena aku liat Aranda ini kulkas 2 pintu, makanya aku berani godain karena ngiranya gak bakal baper haha. Mungkin kalo bukan karena kita ternyata pernah kenal pas maba, kita gak kayak gini."
"Iya, tapi kita bisa punya hubungan yang lebih sehat haha." Yah ....
"Haha ya ampun. Banyak ya drama kalian. Orang tuamu tau, Ran?"
"Mereka gak ngurusin sih, yang penting prestasi masih lanjut dan akademik masih stabil."
"Wow ..., tapi aku penasaran deh. Kok bisa Ella jadi dom? I mean ... aku bukannya bahas patriarki ya, tapi kan di mana-mana cowok yang mau memimpin, yang mau mengatur segala hal. I'm not naive that if I could be a dominatrix, I want to be a dom haha. Tapi kebanyakan lawanku gak mau jadi sub."
"Nah itu sih tergantung lingkungan ya. Di kehidupan asli, aku tuh selalu jadi role model, selalu dijadikan acuan, terlihat kuat dan bisa diandalkan. Kan capek juga ya kayak gitu terus. Aku juga mau dimanja, diatur, dan memasrahkan keadaan. Ini lah situasi yang tepat untuk releasing beban-beban itu. Ella juga sama, kebalikannya. Kehidupannya selalu diatur dan gak dikasih kuasa atas diri sendiri, ketika sama aku, kita bertukar peran."
"Ahh, it makes sense! Tapi kalo boleh tau, kamu femboy gak? Haha ini topiknya 21+ banget gak papa ya. Kita kan sama-sama pemain~" WKWK SIALAN!
"No, I never thought about being a feminine boy hahaha. Pernah sih disuruh Ella pake lingerie, tapi kan bukan kemauan sendiri juga."
"Femboy itu kayak Mas Tara gak sih?"
"Hmm, kayaknya enggak ya. Kalo femboy setauku mereka cuma berlaga jadi perempuan aja, tapi straight. Tara kan definitely gay haha. He never wanted to penetrate me, tapi kalo foreplay masih mau sih. Just for fun aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush with Benefits
Romantik"Hidup di belakang topeng dan menari di atas panggung." Kiasan yang cocok untuk Estella Beatrice dan Mischa Arananda di saat kehidupan sempurna mereka terbantah dengan preferensi menyimpang yang mereka lakukan untuk melampiaskan beban kehidupan.
