Turn On

70 1 0
                                    

Keesokan harinya, gue izin sama mama dan papi buat nginep di rumah Aranda, abis itu besoknya kita langsung jalan sama temen-temen. Aranda bilang nanti mereka akan kita jemput dan anterin satu-satu ke rumah aja biar kita juga banyak waktu di jalan yang kali aja bisa mengundang kita haha.

Kita ke rumah Aranda siang hari. Mama sama papanya Aranda udah siapin kamar buat kita. Mereka seneng banget kita nginep di sini karena mereka cuma berduaan aja di rumah. Iya juga ya. Kalo nanti kita di Finland, papi di rumah udah rame, ada mama, Sita, dan Amalia, tapi mama sama papa Aranda cuma berduaan aja di rumah. Yah, semoga mereka bisa menjalani dengan baik ya. Kayaknya mereka lebih ngebet punya cucu dari pada papi dan mama. Mereka berharap pulang dari Finland dapat cucu. Yah, doakan aja ya. Kita sekarang bahkan ML aja gak nafsu.

Keluarga Aranda gak kalah harmonis sama keluarga gue. Nyaman berasa di sini. Kita juga bawa mainan-mainan kita. Berharap suasana baru bisa mengundang hawa nafsu kita. Ternyata, malam ini belum berhasil juga. Kita udah sama-sama frustasi banget! Apa lagi yang harus kita lakuin ya? Self-service? Enggak ngaruh juga.

"I'm sure tomorrow we can do it! Sure with my plan."

"What's your plan?"

"Just see it tomorrow."

"Alright, hubby." He smiles, kiss me for a good night. At least we can kiss.

Besok harinya, kita jemput Tiara dan Malik pertama, baru Elzano dan Alma. Di perjalanan, kita ngobrol tentang pernikahan. Gue males banget sebenernya, tapi harus membuktikan kita fine-fine aja dan bahagia.

"Gimana rasanya nikah?" awalan Tiara.

"Ya ekspektasi kalian gimana? Haha."

"Asik banget yaa. Apalagi nanti mau ke Finland."

"Doain aja, Ti." Tiara ini sangat mendominasi obrolan. Malik gak ada nanya-nanya apapun. Apa jangan-jangan ini doa Malik supaya gue gak bisa HS sama Aranda? WKWK parah!

"Malik, diem aja?"

"Oh? Gua harus apa nih? Haha."

"Lo ... masih punya video gue dan Aranda?" Apasih basa-basi gue sensitif banget. Aranda sampe gak fokus nyetir.

"Enggak lah, La. Demi Tuhan. Udah gua apus."

"Padahal gue mau minta kalo lo masih ada." Gue balik badan ke kursi belakang supaya bisa face to face sama Malik.

"Enggak ada sumpah! Cek deh di semua device gua." Hmm ....

"Okay. Kalo lo, Ti? Masih nyimpen gak?"

"Enggaklah! Gue nyimpen aja gak pernah! Cuma disuruh liat waktu itu sama Malik, tapi gue gak megang filenya."

"Alright." Gue balik ke posisi semula menghadap depan jalan.

"Ngapain kamu nanyain?" tanya Aranda.

"Just want to make sure no one save the videos anymore."

"I told you, it's not under our control."

"But maybe we can watch our videos too. Just to make sure ...." Aranda gak respon lagi.

Suasana agak canggung di sini sampe kita jemput Elzano dan Alma di apart mereka. Untung Elzano juga lumayan extrovert ya, jadi banyak omong, gak bikin suasana canggung di mobil.

Di Dufan, kita beli yang fast track supaya gak banyak antri. Gue pegangan terus sama Aranda dan ikut kemana pun dia pergi dan naik wahana apa aja yang dia mau. Gue mau seneng-seneng di sini. Lupakan soal rumah tangga kita sejenak haha. Anggap kita masih pacaran. Elzano sama Alma juga mesra banget. Itu buat Malik dan Tiara triggered untuk ikut lebih dekat juga. Kita naik wahana roller coaster, histeria, ontang-anting, kora-kora, tornado, semua wahana esktrem kita jabanin deh! Nyali kita udah sering diuji, jangankan berputar di roller coaster, berputar di kehidupan nyata pun kita pernah wkwk.

Crush with BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang