Airport

5 1 0
                                    

Paginya, gue bangun duluan dan cek hp. Sekarang udah jam 9 pagi. Aranda pagi-pagi malah kirim PAP hadehh anak ini! Kan nanti kita ketemuan yak. Bener kata Aunty Camilli, anak muda always on HAHA!

Aunty Camilli bangun gak lama setelah gue bangun. Dia pesen layanan apart buat breakfast, jadi kita tinggal tunggu makanannya dianter. Enak ya apart di sini bener-bener serasa hotel. Apart gue sama Aranda ada service gininya juga gak ya? Wkwk. Kalo papi belum balik, keknya gue bakal nginep di apart aja deh.

Ketika lagi enak-enak makan, tiba-tiba ada notif video call dari papi. Langsung dong gue angkat! Aunty Camilli cuma liatin dari sebelah gue, belum berani inframe. Saat gue angkat video callnya, ternyata itu adalah uti dan akung. Ekspresi mereka menyipitkan mata dan mengerutkan alis ketika gue inframe.

"Halo uti dan akung. Papinya mana ya?"

"Siapa yang ajarin kamu jadi kayak gitu sih, La!" HAH?! Kaget!

"Gimana?"

"Papimu udah cerita semua tentang kamu! Kenapa kamu gitu!"

"Papimu emang salah, tapi kamu lebih salah! Egois banget kamu!" Kaget banget .... Gue gak bisa berkata-kata lagi.

"Kamu malu-maluin keluarga tau gak!"

"Maaf, Ti, Kung ...." Gue cuma bisa menunduk minta maaf.

"Kita di sini menunggu kalian liburan di sini, silaturahmi, mempererat persaudaraan, malah dapet kabar kayak gini! Memecah belah!"

"Papimu dari kecil kami didik dengan sepenuh hati! Kamu juga pasti diperlakukan seperti itu sama papimu! Kenapa pas udah dewasa kamu jadi melunjak, Ella! Mana Ella kecil yang selalu menjadi penurut dan polos!" Ahhh! Ini kenapa jadi seakan gue semua yang salah?

"Maaf ...."

"Jangan terpengaruh budaya luar, Ella! Kamu tuh orang Indonesia! Meskipun keluarga mamimu itu keturunan barat, janganlah ikuti budaya barat! Keluarga mereka berpengaruh buruk buat kamu!" Aunty Camilli gak terima dibilang gini sama uti kakung. Dia langsung inframe sebelah gue.

"Maaf ya. Saya menyadari ini salah saya, tapi bukan berarti Anda bisa menggeneralisasi semua keluarga saya itu buruk. Ibu dan ayah saya tidak tau-menau soal hal ini, jadi tolong jangan sama ratakan keluarga kami itu buruk."

"Tapi pada kenyataannya setelah kalian pulang dari Finlandia, semuanya jadi kacau. Lantas, siapa yang harus disalahkan?"

"Kenapa harus mencari kambing hitam untuk disalahkan, alih-alih intropeksi diri sendiri dan bagaimana kita berdamai dengan diri sendiri juga keadaan sekitar?"

"Gak usah banyak omong kamu! Kamu yang salah! Kamu yang menggoda anak saya! Gara-gara kamu keluarga anak saya jadi hancur! Gak pantas kamu berbicara!"

"Seorang narapidana hukuman mati pun punya hak untuk berbicara—"

"Eh, eh, Bu, Pak. Udah ya. Udah, udah." Papi kembali ambil hpnya.

"Mas, Ella cuma mau kasih tau kalo hasil tes DNA-nya itu anak, Mas!"

"Ya emang kan? Kenapa gak pada percaya? Terus mau gimana lagi? Orang udah gak ada juga." Pasrah banget sih dia.

"Just so you know."

"I knew it. You don't have to tell."

"Papi kapan balik? Hari ini Aunty Camilli balik ke Swiss."

"Ya balik lah! Papi gak mau balik, gak tau sampe kapan. Urus diri kamu sendiri!" Abis itu papi langsung matiin video callnya.

NANGISS BANGETTT!!! Papi satu-satunya orang dan keluarga yang selalu sama gue, sekarang dia pergi juga. Terus gue harus hidup sama siapa!!!!

Crush with BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang