Aranda anter gue pulang ke rumah. Papi sama Mama Ratna (sekarang panggilnya mama aja kali ya) udah nungguin gue di ruang tamu, bersiap untuk menampung informasi apa aja yang gue peroleh sama Aranda.
Gue kasih tau aja tentang pernikahan sesudah sidang, baik sebelum wisuda atau sesudah wisuda. Jadi mumpung besok masih hari kerja, rencananya gue mau dianter papi ke kampus buat ketemu dekan sama kaprodi buat ngurusin ini. Setelah itu menentukan dosen pembimbingnya yaitu Mas Hanung. Semoga lancar deh. Gue masih trauma dengan drama-drama di kampus.
Kita ke kampus naik mobil gue yang Mini Cooper, Aranda nyusul naik motor. Gue pake hoodie dan kaca mata hitam yang menutupi muka. Pokoknya sebisa mungkin gue gak dikenal orang. Meskipun sekarang masih musim libur semester sih, tapi tetep aja gue takut orang-orang liat gue dan memberikan pandangan aneh ke gue. Aranda juga sama, pake hoodie dan masker.
Kita ketemu sama Ibu Dekan di ruangannya. Gue sama Aranda cuma bisa nunduk. Padahal Aranda kan udah alumni ya hitungannya. Wisudawan terbaik pula, tapi kenangan yang terakhir didapatkan di sini malah kurang baik dan merusak nama baik yang udah dirakit sejak maba.
"Selamat siang, Ibu. Ini saya papinya Estella Beatrice. Waktu itu kita sempat ngobrol sebentar terkait studi Estella. Ini anaknya udah pulang dari Finland dan ingin melanjutkan studinya, Bu," salam papi dengan hormat dan lemah lembut.
"Oh. Iya iya. Halo. Gimana kamu? Udah merasa lebih baik kah?"
"Iya, Bu ... Terima kasih sudah bertanya."
"Yaudah. Dijadikan pelajaran ya berharga ya. Jangan sampai terulang lagi. Satu kesalahan membuat nama baik kalian hancur. Hati-hati dalam bertindak. Tapi yang lalu biarlah berlalu. Sekarang kalian harus bekerja extra untuk masa depan kalian."
"Iya, Bu."
Kita verifikasi dan mengisi beberapa dokumen yang diperlukan untuk melanjutkan studi serta membayar uang ukt persemester. Gue resmi kembali kuliah di sini semester depan yaitu 2 mingguan lagi. Harusnya dosen pembimbingnya dipilih nanti ketika udah masuk tahun ajaran baru, tapi karena kita udah komunikasi sama Mas Hanung, jadi gue bisa memulai skripsinya sejak saat ini juga.
Gue dikasih kontak Mas Hanung. Jadi kita bisa lebih leluasa untuk komunikasi terkait dengan skripsi. Mas Hanung suruh gue pikirin tiga judul. Tentunya gue memanfaatkan my crush with benefits ini untuk bantu gue berpikir HAHAHA!
Pulang dari kampus, Aranda gak langsung balik, dia main dulu ke rumah gue sembari membantu gue memilih judul dan menyusun latar belakang. Sumpah, asik banget belajar sama dia! Padahal dulu sering kerja kelompok, tapi kita berdua gak pernah fokus ke kerja kelompoknya LOL!
Besoknya, uti dan akungg pamit pulang ke Malang. Jadi kita anterin mereka ke bandara. Awww, gue janji juga bakal sering ke sana. Kita harus sering bersilaturahmi dengan segenap keluarga supaya gak ada kesalahpahaman di antara kita. Mereka menunggu undangan gue dan Aranda hahaha. Semoga aja itu bukan hanya sebuah penungguan ya, tapi sebuah kepastian.
Semenjak uti dan akung pulang, Sita dan Amalia jasi pindah ke kamar sana untuk sementara selama kamar barunya akan dibuat. Jadi gue bisa tidur sendirian lagi dan kalo malem-malem mau telponan sama Aranda juga bisa hehehe.
Dua minggu kemudian, gue udah menentukan judul dan latar belakang yang udah disetujui sama Mas Hanung. Gue mau pake metode kualitatif semiotika aja biar cepet lulus wkwk. Hari ini pertama kalinya gue ke kampus lagi bareng Aranda pas udah masuk tahun ajaran baru. Sama kayak kemarin, kita pake hoodie dan masker sih. Kita cuma mau ke ruangan Mas Hanung buat diskusi tentang revisi skripsi. Untung pas jam 11-an, mereka lagi pada kelas, jadi lorong sepi. Lagipula angkatan gue kan juga udah gak belajar, tinggal skripsian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush with Benefits
Romance"Hidup di belakang topeng dan menari di atas panggung." Kiasan yang cocok untuk Estella Beatrice dan Mischa Arananda di saat kehidupan sempurna mereka terbantah dengan preferensi menyimpang yang mereka lakukan untuk melampiaskan beban kehidupan.