After Graduation

4 1 0
                                    

Selesainya semua rangkaian wisuda, kita boleh beranjak dari kursi masing-masing. Gue sama Malik barengan ke arah belakang karena kursi orang tua kita juga sebelahan. Mampus deh Aranda ketemuan sama Malik.

"My daughterrrrr! Oh my God! I'm so proud of you! Congrats, princess!!!" Ketika bertemu papi langsung meluk gue erat banget sambil goyang-goyang badan saking seneng dan bangganya sama anak sematawayangnya ini hehehe.

"Thank you, Papi! It's all because of you! I can continue my study."

"No. It's yourself. Also, don't forget to say thank you for the one who helped you the most on your final thesis." Papi melepas pelukan gue dan menyuruh gue ke Aranda.

Awalnya muka dia masih bete sama yang tadi, tapi pas gue peluk, dia peluk gue balik seakan gak ada masalah hehehe. Apalagi pas gue elus rambutnya, makin hilang amarahnya tadi. No matter how hard you try to be a dominant, I'm still above you lol HAHA!

"Sorry for making you jealous, babe," bisik gue ke Aranda.

"You owe me an explanation."

"Sure thing, babe." Gue melepas peluknnya dan kita kembali tersenyum.

"Kalian masih di sini? Papi keluar dulu ya mau nyari mama dan yang lain."

"Oke, Pi."

Karena pintu keluarnya rame banget, jadi nanti aja deh kita keluarnya. Biar papi aja yang desek-desekan haha. Kita melipir ke tempat yang lebih sepi buat ngomongin hal tadi sedikit.

"Ran! Hey! Halo! Sorry ya tadi kalo jadi misunderstood." Malah Malik samperin kita tiba-tiba. Jadi bad mood lagi dah Aranda. Hadehh ....

"Oh iya. Santai. Bercanda doang kok haha." Halah~

"Haha iya. Selaamat ya by the way! Semoga dimudahkan dan dilancarkan sampai hari H nanti."

"Thank you."

"Gua duluan ya."

"Iya, Mal."

Makin-makin lah Aranda gak sabar buat minta penjelasan. Jadi gue ceritain aja di sini tentang apa aja yang barusan gue dan Malik omongin. Aranda gak respon gimana-gimana juga sih. Mungkin dia juga udah feeling kalo Malik masih ada rasa sama gue.

Setelah pintu keluar lebih sepi, kita keluar dari gedung dan mencari-cari keluarga gue. Yang pertama gue liat adalah uti. Jadi langsung aja gue samperin ke sana sambil tarik tangan Aranda.

Saat semakin dekat, ternyata semuanya udah ada di situ. Ada papi, mama, Sita, Amalia, uti, akung, grandma, dan grandpa. Mereka semua memberi selamat dan juga bunga sampe gue gak bisa pegang bunganya lagi haha. Beberapa gue titip di Aranda atau papi.

"Eh, cucuku! Selamaattt!" Uti peluk dan cium-cium gue, lanjut ke akung, grandpa, dan grandma.

Terakhir ada mama bareng sama Sita dan Amalia. Mereka semua peluk gue. Awwww!! Gue punya keluarga sesuportif ini! Selama ini gue mikir cuma hidup berdua sama papi ternyata salah! Mungkin ini juga hikmah dari semua kejadian yang terjadi. Keluarga kita jadi bisa kumpul lagi.

"Bentar ya, La. Aku jemput mama papaku dulu di gerbang," izin Aranda sambil menaruh bunga-bunganya di lantai. Udah bertumpuk banget tuh bunga haha. Padahal nanti juga layu, tapi gak papa. Mereka udah sempet memberikan afeksi berupa barang ke gue.

"Oke."

Gue ngobrol-ngobrol di sini tentang gimana perasaan gue udah lulus dan ketika naik panggung tadi sembari menunggu mama dan papa Aranda dateng.

"Eh, ini Camilli katanya udah sampe. Aku jemput bentar ya," izin papi.

"Jangan kamu. Sini grandpa aja. Kan kamu mau ketemu calon besan kamu. Gak enak ditinggal," sahut grandpa.

Crush with BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang