DNA Test

10 1 0
                                    

Gue menunggu-nunggu hari Rabu buat tes DNA untuk membuktikan kebenaran mengenai calon ayah dari janin tersebut.

Selasa malamnya, Aunty Camilli minta anterin papi buat mengambil sesuatu di apartnya. Sekalian ambil semua baju lo terus balik ke Swiss sana! Gak usah di rumah gue lagi!

Hingga datanglah hari itu tiba, gue bangun pagi dengan semangat bahkan sambil bantuin Mba Yayah bikin sarapan haha. Sedikit lagi kebenaran akan terungkap dan gue bisa mengembalikan dunia gue bersama papi. Kita jadwal ke dokternya jam 10, jadi sejak jam 9 kita udah siap-siap. Ekspresi papi dan Aunty Camilli cemas, sedangkan ekspresi gue sumringah, at least gue bisa hidup dengan tenang buat tau itu bayi siapa. Ya ... meskipun kalo ternyata itu bayi papi, gue harus lanjut ke next level of acceptance sih, tapi itu nanti aja lah. Gue masih gak yakin itu anak papi. Dia bahkan belum menyebut tentang mantan suaminya loh! Gue juga lupa nanya kemarin.

Di rumah sakit, kita diarahkan sama perawatnya ke ruang laboraturium. Ada tanda tangan persetujuan dua belah pihak, yaitu dari calon ibu dan calon bakal ayah. Papi sama Aunty Camilli sama-sama masuk ruang laboraturium untuk diambil sampel tesnya. Gue nunggu sendirian di depan ruang tunggu sambil duduk dan chat Aranda. Kok tiba-tiba firasat gue gak enak ya? Mereka berdua udah masuk ke ruangan lagi! Gak bisa gue ganggu gugat.

Selang beberapa waktu, papi keluar duluan dari lab dan duduk di samping gue beserta salah satu perawatnya.

"Hasil tes DNA-nya akan keluar kurang lebih tiga hari semenjak tanggal tes ya. Berarti hari Sabtu baru bisa dikirim hasil tesnya melalui email atau kalau mau minta secara fisik juga bisa ke lab di hari Sabtu siang."

"Baik, terima kasih, Sus."

"Dengan senang hati, Pak. Permisi," pamit susternya meninggalkan kita berdua.

"Papi tulis email kamu biar langsung dikirim ke email kamu dari hasil labnya. Jadi gak ada tuduhan kita memalsukan dokumen."

"I don't think about that."

"You never trust us."

"Yhea ... you're not wrong tho."

"Kamu udah janji ya gak bakal cari perkara lagi kalo itu anak papi?"

"Iya janji!"

"Kalo ini anak papi, berarti semua ini cuma negative thinking kamu dan itu artinya papi gak restuin kamu sama Aranda." MAAAMMMPUUSSSS!!! Gue lupa sama perjanjian yang satu ini!

"Can we negotiate those promises?"

"No." Shit lah!

"Okay ... but if it's not your baby, so I have to find more with him."

"It's your call."

"Alright."

Kita tunggu Aunty keluar ruang lab, tapi udah cukup lama gak keluar-keluar. Tiba-tiba ada yang buka pintu lab sambil dorong kasur. Gue sama papi sontak berdiri bareng dong buat memastikan itu siapa. Terus ada perawat dari dalam ruang lab yang samperin kita.

"Atas nama keluarga pasien Ibu Camilli?"

"Iya, Sus. Ada apa ya?" Muka papi panik, gue jadi ikutan panik.

"Setelah proses selesai, Ibu Camilli mengalami sedikit pendarahan dan sekarang sedang menuju IGD untuk ditangani dokter. Jadi selanjutnya mungkin bapak bisa mengurus administrasi lagi sembari pasiennya ditangani dokter."

"Oh my Godness!" Papi semakin panik, "Papi urus administrasi, kamu temenin Camilli." Papi langsung ke tempat administrasi, sedangkan gue ke IGD. APA NIH? Gue jadi ikut panik!

Crush with BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang