Hari Selasa, gue gak ada jadwal buat ketemuan sama Aranda, jadi gue nongkrong sama temen-temen aja. Udah lama banget woyy gue gak nongkrong sama temen-temen! Semester 7 nanti pasti gue bakal lebih jarang lagi ketemu mereka. Mereka nanya soal Malik dan Aranda, cuma gue abaikan karena gue gak mau bahas lagi.
Hari Rabunya, gue dan papi sama-sama libur. Awalnya kita cuma di kamar masing-masing, tapi tiba-tiba sekitar jam 1-an siang, papi ke kamar gue sendirian dan menutup pintunya kembali. Dia duduk di kasur gue.
"La. Mau jalan gak? Berdua aja. Udah lama kita gak QT berdua."
"Lagi gak mood." Gue tarik selimut dan bersandar di kasur.
"Ayolah! Papi libur gak setiap hari loh! Kita harus punya QT seminggu sekali rutin kayak dulu." Papi menarik selimut gue pelan.
"Papi aja sana sama calon anak papi."
"Astagaaa, Ella!" Dia langsung melepas tarikan selimutnya dan sedikit mundur dari gue.
"Pi. Tadinya aku mau terima kenyataan, tapi tiba-tiba dia jadi drama banget pake segala cutting. Aku gak suka! Aku bakal lanjutin soal investigasi aku tentang calon bayi itu. It's suspicious!"
"Drama apa sih, La? Namanya hamil, di luar nikah juga, dengan situasi seperti ini, siapa yang gak stres? Siapa yang gak depresi? Papi gak menormalisasi apa yang dia lakukan, tapi kita coba dong pake hati nurani! Emangnya kalo itu ternyata bukan anak papi, kamu mau apa?"
"Ya emang papi mau ngerawat kalo ternyata itu bukan anak papi?"
"Kalo enggak ada yang tanggung jawab, ya mau gak mau papi rawat."
"Pi! Papi tuh bukan asrama penampungan! Bukan panti sosial atau organisasi kemasyarakatan! Kemarin sama Tante Ratna papi bayarin sekolah anaknya! Kehidupannya juga! Sekarang papi mau rawat calon bayi yang belum tentu anak papi? Mereka berdua belum jadi siapa-siapa loh, Pi!"
"Stop berpikir itu bukan calon anak papi ya! Papi gak pernah ngajarin kamu untuk berpikir negatif ke orang lain! Lagian soal Ratna itu namanya kita saling bantu antarmanusia! Kita harus loyal! Mami kamu loh yang mengajarkan kita untuk loyal!"
"Ini bukan masalah loyal! Ini kehidupan orang, Pi! Masa depan seseorang! Bukan cuma harta atau materi!"
"Ya terus apa dong, La! Kamu tuh mikir macem-macem untuk apa!"
"Pi! Aku tau Aunty Camilli itu pinter! Dia licik!"
"Bisa-bisanya kamu ngomong gitu! Apa buktinya kalo dia licik!"
"Aku bakal bilang ke papi kenapa aku bisa bilang dia licik, setelah aku tau itu calon anak papi apa bukan! Tes DNA minimal 10 minggu, tapi sebelum itu aku bisa cari tau sendiri! Aku mau minta kunci apartnya dia dan aku cari sendiri di sana!"
"Ngomong apa sih kamu! Enggak! Papi gak akan kasih kuncinya ke kamu! Kamu bikin suasana semakin hektik tau gak!"
"Oke! Aku cari sendiri sampe ketemu!"
"Udah gila kamu ya!"
"IYA! Dan papi alasan utama kenapa aku gila!" Gak tahan lah gue di rumah! Jadi gue langsung turun dari kasur, ambil kunci mobil, lalu ke garasi. Papi masih ngikutin gue terus.
"Mau kemana kamu!"
"Mau ke psikiater! Biar gak gila!" Gue masuk ke dalam mobil dan nyalain mesinnya. Gue klakson terus sampe gerbangnya dibukain satpam.
"ELLA!" Teriak papi yang gue tinggal di garasi. Langsung tancap gas gue menjauh dari rumah.
Gue telpon Aranda buat janjian di apart. Hari ini dia ada kelas, tapi harusnya udah selesai karena kelasnya pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush with Benefits
Romance"Hidup di belakang topeng dan menari di atas panggung." Kiasan yang cocok untuk Estella Beatrice dan Mischa Arananda di saat kehidupan sempurna mereka terbantah dengan preferensi menyimpang yang mereka lakukan untuk melampiaskan beban kehidupan.