Gue dan Aranda muterin ruangan aja sambil ambil makanan dan ngobrol-ngobrol santai. Dia cerita kalo selama gue di Finland, papi berusaha membersihkan semua history tentang skandal itu sampe ke ranah hukum, tapi dia gak menghukum Malik yang pertama menyebarkan karena mau gimanapun itu ide papi. Instead of memenjarakan Malik, papi bertanggung jawab untuk melindungi Malik. Malik juga sempet ke psikiater, begitu pula Aranda.
Satu sisi, ini sangat menyakitkan dan berat sampe kita semua harus menemui bantuan profesional, tapi sisi lainnya, berarti kita semua sadar akan kesehatan jiwa kita yang rapuh dan butuh ditolong ini. Kalo kita cuma diem aja, mungkin masalahnya masih berlanjut terus sampe sekarang.
Aranda belum pernah ketemu siapapun lagi anak-anak kampus sejak hari itu. Dia cuma mau bimbingan online aja. Untung dosen pembimbingnya memahami. Jangankan selebrasi setelah sidang, wisuda aja Aranda gak mau dateng. Sebegitu hebatnya ya masalah ini. Noda setitik rusak susu sebelanga. Ya meskipun nodanya hitam pekat sih.
Bisa-bisanya cewek yang dikenal easy going dan anak papi, jadi seorang dominatrix yang suka main kasar sama laki-laki. Bisa-bisanya juga cowok yang terlihat alpha male banget, berprestasi, berwibawa, tapi jadi malesub yang rela direndahkan sama perempuan untuk kebutuhan seksualnya. Emang aneh banget sih kita. Perlu kita pertimbangin lagi soal preferensi ini.
Jadi inget apa yang gue bilang ke Elzano. It's not about the preference, it's the person itself. The same preference is just a bonus. Alright then. I'll try to start from zero with him.
Setelah rangkaian acara selesai, kita bersiap untuk rapi-rapi. Gue lagi hapus makeup di ruang makeup yang tadi. Terus ketemu lagi sama mamanya Aranda. Moreover, she sits beside me. Kira-kira gue harus ngomong apa ya sama dia?
"Halo, Tan .... Apa kabar?" Berusaha sok deket meskipun muka lagi ditotol-totol makeup remover sama MUA-nya.
"Eh, Ella. Halo! Tante baik. Kamu gimana?" Never been better after meeting your son, Ma'am.
"Baik juga hehe."
"Katanya kamu abis balik dari Finland ya? Kapan mau balik ke Finland lagi?"
"Euhm ... belum tau sih, Tan."
"Barengin sama Aranda aja." HAH?? ARANDA BENERAN MAU KE FINLAND KAH?
"Emang Aranda mau ke Finland?"
"Loh? Papi kamu gak ngomong? Kan dia yang biayain kuliah Aranda di Finland. Katanya biar nemenin kamu di sana." Oh my God ... no way... Papi didn't say a thing ....
"What?"
"Eh? Belum dikasih tau ya? Yah ... maaf ya, tante gak tau." Gue ... speechless banget sumpah!
"Kapan, Tan berangkatnya?"
"Kamu tanya aja nanti sama orangnya. Tante takut salah kasih info. Biar lebih akurat hehe."
"Okay, Tan. Makasih loh infonya. Kaget aku haha."
"Haha iya. Kirain kamu udah tau." Aduh .... AAH! Pengen cepet-cepet pulang dan nanyain ini ke papi! Tapi pasti papi masih capek banget dan gak sempet ngomongin ini. Tanya Arandanya langsung kali ya? Kita belom tukeran kontak lagi woy! Aaahh!!
Karena makeup gue lebih tebel dan lebih banyak pernak-perniknya, jadi cukup lama waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan semuanya.
"Ella, tante duluan ya," pamit Tante Linda yang pulang duluan saat gue masih bersihin area leher.
"Okey, Tan. Hati-hati di jalan."
Setelah makeup-nya udah bersih, gue bergegas ke ruang utama. Udah sepi di sini. Tinggal tukang dekor aja bersihin dekorasinya. Kata salah satu WO sih papi dan Tante Ratna udah balik duluan sama anak-anaknya naik mobil Alphard yang didekorasi bunga-bunga. Si anjirrrrr! Kurang ajar gue ditinggal! Kan gue juga anaknya! Mana Aranda juga udah gak ada pula! Aaaahh! Gue pulang sama Mas Jordi dan uti sama akung sih, tapi kan nyebelin ya. Lagi butuh-butuhnya malah ditinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush with Benefits
Romance"Hidup di belakang topeng dan menari di atas panggung." Kiasan yang cocok untuk Estella Beatrice dan Mischa Arananda di saat kehidupan sempurna mereka terbantah dengan preferensi menyimpang yang mereka lakukan untuk melampiaskan beban kehidupan.