"How's the result??"
Gue baca perlahan keterangan yang diberikan. Lalu di bagian yang paling penting ...
"100% match." FUCCCCCKKKK!!!!!!!
"That's my father's baby ...." Aunty Camilli langsung menutup mukanya dengan kedua tangan, sedangkan Aranda langsung berjalan menjauh sambil menumpu dahinya dengan tangan.
"Holy moly!"
"I have to apologize to him!"
"We should!"
"OH MY GOD!" I hug her with tears. We're literally hypocrite women! Aaahh! We hurt him so badly! He deserves to leave us!
"Aku kabarin kali ya?" Gue chat ke papi, tapi cuma ceklis satu! Jangan-jangan gue diblok papi?
"Ih! Masa ceklis satu! Coba punya Aunty." Pas Aunty coba, ternyata ceklis satu juga. Astagaaa Tuhan! Gue khawatir banget sih!
Gue langsung cek CCTV rumah, mobil papi yang Audi gak ada. Rekaman CCTV kemarin, papi bawa mobil sendiri sambil memasukkan beberapa barang yang cukup banyak ke mobilnya. Duhh! Gimana cara gue tau dia kemana ya? Meskipun dia bilang mau ke Malang, tapi gue gak yakin ....
"La, kalo mobil papi lu yang Alphard ada GPS-nya, mobil yang Audi mungkin juga ada."
"Mungkin ya, gue gak tau."
"Coba tanya supir lu."
"Mending kamu tanya Tara. Kayaknya dia lebih tau."
"Duh. Semoga dia masih mau ikutan ya."
Gue bergegas telepon Mas Tara. Awalnya gak diangkat, telepon kedua baru diangkat.
"Halo, kenapa, La?"
"'Mas, mobil papi yang Audi ada GPS-nya gak?"
"Ada kayaknya. Kenapa?"
"Mas tau gak apa password atau akunnya?"
"Duh, buat apa, La? Kan aku udah gak boleh ikut campur lagi."
"Please banget! Ini penting bangettt!"
"Kenapa? Aku harus tau dulu kenapa."
Karena Mas Tara juga udah tau setengah jalan dari cerita ini, jadi sekalian aja gue dan Aunty Camilli ngobrol sama dia untuk meyakinkan bahwa kita bener-bener butuh GPS itu. Akhirnya Mas Tara mau kasih tau cara kita buat lacak GPS mobil papi yang Audi, dengan syarat abis ini dia gak mau ikutan apapun lagi. Kita berhasil melacak mobil papi, dia ada di jalan Tol Ngawi. DEMI APA DIA NAIK MOBIL KE MALANG SENDIRIAN! UDAH GILA! ITU JAUH BANGET ANJIR!
"He's going insane! How can we contact him?"
"I think we have to wait him to arrive at his parents' house. Kamu punya nomor kakek atau nenek kamu di Malang gak?"
"Ada nomor nenekku sih, tapi gak tau masih aktif apa enggak."
"Okay."
Gue mencoba menelpon ke nomor uti gue, ternyata diangkat langsung sama beliau.
"Halo?"
"Utiii!! Ini Ella, Ti! Uti apa kabar?"
"Wahh cucuku! Tumben kamu telepon. Baik. Kamu sendiri gimana? Kapan kamu ke Malang?"
"Ehm, ini kayaknya papi lagi mau otw Malang naik mobil sendiri. Nanti kalo papi sampe rumah Uti, kabarin aku ya."
"Loh? Kenapa kamu gak ikut?"
"Minggu depan aku UAS, Ti."
"Kenapa gak setelah UAS aja kalian ke sini? Ngapain papi duluan?" Ahh ...

KAMU SEDANG MEMBACA
Crush with Benefits
Roman d'amour"Hidup di belakang topeng dan menari di atas panggung." Kiasan yang cocok untuk Estella Beatrice dan Mischa Arananda di saat kehidupan sempurna mereka terbantah dengan preferensi menyimpang yang mereka lakukan untuk melampiaskan beban kehidupan.