"Eh ... ada kalian juga." Ekspresi Aunty Camilli berubah panik dan gelisah.
"Kamu kenapa, Mil?" Papi nyamperin ke bed Aunty Camilli duluan, baru disusul Tante Ratna, sedangkan gue cuma berdiri di sini sambil menatap fokus ke Aunty Camilli dengan penuh benci dan dendam. Aunty juga liatin gue balik dengan tatapan panik dan cemas.
"Mil?" tanya papi lagi.
"Kamu gak baca chat aku?" Matanya masih terpaku sama gue, buat papi dan Tante Ratna ikut menatap ke arah gue.
"Hpku di Ella. Emang Camilli chat apa, La?"
NAPAS GUE LANGSUNG TERENGAH-ENGAH. SAKING KESELNYA GUE SAMPE MENGGERTAK GIGI.
"La?" ABIS LAH KESABARAN GUE!
"I WILL KILL YOU, MOTHERFUCKER!" GUE LEMPAR HP PAPI KE ARAHNYA DAN BERJALAN CEPAT KE ARAH AUNTY CAMILLI BUAT CEKEK DIA SAMPE MATI!
"AAAAH!" teriak si lonte ini berusaha menghindar. Papi sama Tante Ratna megangin gue sekuat tenaga biar gak mencelakai dia.
"ESTELLA! KAMU KENAPA!"
"SHE'S PREGNANT, PI! SHE'S PREGNANT YOUR BABY! DO YOU THINK I WILL ACCEPT THAT? NO! I WON'T ACCEPT THAT!" Begitu gue bilang ini, papi dan Tante Ratna melepas genggamannya dari gue.
"Is that real, Camilli?" she cries when Papi asks this, "CAMILLI! ANSWER ME!" screams him.
"YES! I DON'T KNOW HOW THIS IS HAPPEN!"
"WE ALWAYS USE PROTECTION! IT'S IMPOSSIBLE!"
"Gak bisa kamu menyalahkan pihak perempuan atas kejadian yang kalian lakukan bersama! Tanggung jawab kamu sama dia, Mas! Jangan peduliin aku lagi," tangisan kecewa Tante Ratna sebelum keluar dari ruangan.
"RATNA!"
"She's right. Just focus on your baby!" I follow her to leave the room.
"Please don't leave me, La! Ella, you know it from the start!"
"BULLSHIT! I NEVER APPROVE THAT!" I slam the door and going back to the parking lot.
I don't see Tante Ratna here. She may have gone by herself, so I decide to go directly to the apartment. Aranda udah chat dari tadi, nanyain gue jadi ke apart atau enggak. Sekarang baru gue jawab kalo gue otw ke sana.
Sepanjang jalan cuma bisa nangis, teriak-teriak sendiri, dan beberapa kali menghantam kepala ke stir mobil saat macet. ANJING, CAMILLI ANJING!!! MATI LO SANA MATIIIIII!!!
Di apartment, gue telepon Aranda buat samperin gue ke bawah karena harus pake access card buat naik lift, tapi katanya dititipin di resepsionis. Jadi gue minta ke resepsionis buat ambil kartunya. Semales itu kah dia buat ketemu sama gue di lobby? Anjirlah! Gue udah ancur banget gini! Pasti masih sembab banget muka gue sekarang.
Saat gue membuka pintu ruangan, tiba-tiba gue liat Aranda di depan pintu sambil pegang buket bunga. Gue liat sekeliling kamar juga banyak kelopak-kelopak bunga di lantai, lilin-lilin, dan ada balon huruf "S O R R Y" dengan emot "🙏🏻" Awwww! Tapi lagi bad mood banget!! Gue langsung lanjut nangis tanpa fokus ke ruangan sekitar.
"Eehhh kenapaaa!!!" Gue masih berdiri di depan pintu yang masih terbuka sambil nangis-nangis sendiri. Aranda cuma tutup pintunya dan berdiri mendekat ke gue tanpa melakukan apapun.
"LO GAK ADA NIATAN BUAT MELUK GUE?!" Barulah dia peluk gue.
"Ya gak tau ... nanti lu marah." Dia terus peluk gue dan bikin tangisan gue makin keras sampe lemas bangetttttt gak bisa berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush with Benefits
Romance"Hidup di belakang topeng dan menari di atas panggung." Kiasan yang cocok untuk Estella Beatrice dan Mischa Arananda di saat kehidupan sempurna mereka terbantah dengan preferensi menyimpang yang mereka lakukan untuk melampiaskan beban kehidupan.