Cutting

8 1 0
                                        

Tepat jam 3, alarmnya berbunyi dan kita berdua bangun lalu bersiap-siap untuk pulang. Baju, sprei, semua yang kotor kita laundry di bawah.

"Kayaknya cosplay seru deh," ide random Aranda pas lagi beresin baju yang mau di-laundry.

"Gas, cariin gue."

"Oke. Suka-suka gua ya? Haha."

"Yang jelas, kalo lo mau gue yang pake, siap-siap lo yang pake duluan."

"Anjir lah!"

"Haha. That's the deal. Ayo gece lah! Keburu sore."

"Iye sabar ya, Ndoro." Aranda yang beresin dan bawa laundry-anya ke lantai bawah.

Setelah itu baru kita pulang. Gue anter Aranda ke rumahnya seperti biasa.

"Eh, Ran. Kan nanti kita pasti harus survei dong pas sebelum booking hotel atau vila yang buat kelas? Sekalian nginep yuk! Haha."

"Ihh! Gas bangettt gak sih?!"

"HAHA! Emang lo selalu semangat ya soal selangkangan."

"Oh ya jelas dong!"

"Ngeri ya pergaulan anak diem-diem. Sekalinya ketemu yang brutal, jadi lebih brutal dari yang udah pro haha."

"Ya kita berdua amateur serasa professional."

"HAHA!"

Aranda turun di depan gang rumahnya. Barulah setelah itu gue balik ke rumah. Aahh, jadi ini rasanya kebebasan? Haha. Bukan kebebasan sih. Lebih kepada pelampiasan dari gelapnya kehidupan, meskipun pelampiasannya malah lebih gelap. Entahlah. Gue gak bisa lagi berpikir terang dan lurus ketika semuanya udah gelap dan buntu.

Di rumah, gue gak liat ada mobil papi. Emang papi biasanya agak malem sih kalo Senin. Sekarang baru jam setengah 6 sore. Si aunty kemana tuh? Gak ada di ruang tamu ataupun halaman belakang. Mungkin di kamarnya. Ya udahlah ya. Kenapa gue khawatir? Haha.

Ketika lagi asik-asik tiduran, tiba-tiba ada yang ketuk pintu kamar, tapi keras gitu sambil teriak-teriak nama gue.

"Mba! Mba Ella! Mba!" Ini suara Mba Dini sih. Kenapa dia kayak panik gitu?

"Ya, kenapa? Bentar." Gue buru-buru turun dari kasur dan buka pintu kamar. Mba Dini mukanya panik pas gue buka pintu kamar.

"Itu, Mba Milli tangannya berdarah." HAH?!

"Hah? Berdarah gimana? Kok bisa?" Gue keluar kamar menuju ruangan kamarnya.

"Di kamar mandi bawah, Mba." Langsung lah gue berbelok arah menuju kamar mandi lantai satu.

Gue liat di depan kamar mandi ada kursi buat duduk. Di sana ada Aunty Camilli bareng sama Mba Yayah dan juga Pak Eko satpam lagi duduk bareng. Mba Yayah lagi ngurusin pergelangan tangan Aunty Camilli dengan P3K, sedangkan Pak Eko lagi teleponan sama orang.

"Aunty!" Gue langsung lari samperin dia. Terus dia juga lagi nangis sambil diobatin sama Mba Yayah.

Melihat area lukanya di mana, gue gak yakin ini adalah sebuah kecelakaan atau ketidaksengajaan.

"What are you doing ...?" she just shakes her head without saying anything, "papi udah tau belum, Mba?"

"Itu lagi ditelpon Mas Eko."

"Udah di jalan kok," jawab Mas Eko setelah menutup teleponnya.

"I'm sorry ...." Akhirnya dia berucap meskipun sambil nangis.

"Why did you do this?"

"I wasn't planning this."

"But you did this instead!"

Crush with BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang