Demi menangkap Devan dan selingkuhannya, Cilla memilih tidak masuk kantor tapi sepertinya seharusnya ia tetap seperti itu karena saat ini ia sedang berada dalam kondisi yang membuatnya bahkan sulit untuk bernafas.
Mari kita kembali ke beberapa jam sebelumnya.
Cilla bertekad untuk move on dari Devan. Walau sulit, ia akan mencobanya. Cilla sadar mau bagaimanapun ia mencoba, Devan tidak akan kembali kepadanya.
"Gausah mata-matain aku, cil. Kita uda gaada hubungan apa-apa jadi aku minta kamu bilang ke tyas untuk jangan ikut campur dengan urusan aku." Begitulah isi pesan yang dikirimkan oleh Devan kepadanya. Tyas terbakar api dan pada saat ia membaca pesan itu, ingin sekali ia mendatangi Devan dan menjambakki pria itu sampai botak. Untung saja ada Cilla, kalau tidak jangankan botak, Cilla rasa buah hati masa depannya Devan bisa terancam.
"Pagi semua!" Sapa Cilla. Akhirnya Cilla kembali. Begitu pikir teman-teman mereka setelah beberapa hari belakangan, Cilla seperti mayat hidup.
Cilla meletakkan tasnya keatas kubikelnya dan beralih ke pantry. Manajer pemasaran mereka, Bu Amy mendekati Cilla. "Are you okay, cil?" Tanya Bu Amy. Diantara semua rekan kerjanya hanya Bu Amy yang tahu Cilla cuti karena baru putus cinta. Amy memaklumi. Hubungan mereka berjalan selama lima tahun, sebagai alumni hubungan sepuluh tahun yang kandas begitu saja, Amy mengerti bagaimana perasaannya Cilla.
Cilla meraih gelas kertas dan menoleh, lalu mengangguk. Bu Amy tersenyum dan menepuk bahunya Cilla. "Kamu masih muda cil, you still got a lot of opportunities and the better option." Benar. Ucapan Bu Amy benar. Walau sulit, Cilla harus bangkit. Sudah banyak ia menyusahkan Tyas. Cilla berpikir sepertinya ia harus mentraktir Tyas.
Sara masuk ke area pantry lantai 10 ini dengan Lara. Lantai sepuluh ini memang hanya dikhususkan untuk departemen Marketing. Departemen I dan Departemen II, serta ruangan khusus untuk manajer pemasaran.
"Gila ga sih? Pak direktur sangat tampan." Ujar Lara berbicara ke Sara. Sara mengangguk. "Direktur apa?" Tanya Cilla. Setahu dia, Direktur diperusahaannya ini semuanya sudah bangkotan alias gaada yang tampan-tampan.
"Baru aja masuk bahan cuci mata yang baru semalem sis! Lo sih ga masuk." Ujar Lara. Sara mengangguk. "Pak Selamat kan dipecat." Ujar Sara. Cilla shock. "Hah?"
Bu Amy mengangguk. "Direktur pemasaran kita sekarang pak januar. Anak dari pak Brahma. Direktur utama Brijaya Hotel." Jelas Bu Amy. Selama Cilla tidak masuk kantor, banyak yang terjadi. Contohnya Pak Selamat yang terbukti telah melakukan pelecehan seksual terhadap karyawan wanita. Dari sini, Januar mulai memotong daunnya.
Cilla mengangguk. "Orangnya gimana bu?" Tanya Cilla. Maksudnya kalau sama aja kaya Pak Selamat ya namanya Lepas dari mulut harimau, masuk kedalam mulut buaya. "Beliau terlihat baik dan bisa di andalkan." Ujar Bu Amy.
"Terlebih.. ganteng bangett!" Ucapan Lara membuat Bu Amy menggelengkan kepalanya sembari tersenyum tipis. "Yasudah ayok kembali bekerja." Bu Amy meraih gelas kopinya diikuti Cilla. Lara dan Sara mengangguk.
Cilla meletakkan gelas kopinya diatas meja. Tiba-tiba saja, ponselnya berdering keras.
Cilla merogoh tasnya dan mengangkat teleponnya. Ia berlari ke kamar mandi sekalian ingin mengosongkan isi perutnya. "Kamar mandi sini lagi rusak, cil. Pake aja kamar mandi bawah." Ujar Azis, anggota departemen II.
Cilla mengangguk, "Thanks zis!" Cilla turun ke kamar mandi bawah. Ia tersenyum saat berpapasan dengan orang-orang di divisi produksi ini. "Halo ty, kenapa?" Tanya Cilla mengangkat panggilan teleponnya sembari berjalan masuk kedalam kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. & Mrs. Brijaya ✔️
Lãng mạn[[E N D!]] Dijuluki Gadis Tangisan Aspal karena menangis seperti anak kecil di depan umum agar pria dihadapannya ini mau merelakan pacarnya membuatnya menjadi bual-bualan dan meme nasional. Hah? Maksudnya? Cecilla Kinanti. Gadis berumur dua puluh...
