Chapt 63 ; Hal baik

1.4K 131 4
                                        

"Kalau Bapak memang se-kangen itu, kenapa ga datengin aja sih?" Celetuk Anggi membuat Abyaz meliriknya kecil.

"Apanya sih?" Balas Abyaz, kembali merapikan sendok-sendok dan garpu-garpu kedalam rak. Anggi melirik Ira.

"Bapak ngelirik ke pintu mulu." Ucap Ira. Anggi mengangguk.

"Ya trus? Saya kan cuma mau melihat apakah sudah ada pelanggan yang tiba." Jawab Abyaz. Anggi mencebikkan bibirnya mengejek.

"Ini masih jam tiga sore, Pak. Papan besar didepan itu uda bisa nunjukkin kalau kita buka hanya untuk makan malam hari ini, ya ga mungkin dong pelanggan datangnya jam segini, Pak?" Sarkas Anggi. Abyaz berdecak.

"Bawel bener kamu. Uda, kupas lagi itu bawangnya. Ntar diomelin Chef Carlos loh." Ucap Abyaz bangkit dari posisinya.

Hari ini kebetulan restorannya memutuskan hanya akan buka untuk makan malam karena Abyaz kekurangan staff. Tiga kokinya tidak masuk karena mengalami kecelakaan saat ingin naik gunung bersama pada hari libur. Untungnya mereka baik-baik saja, tidak begitu parah. Hanya sepertinya akan absen untuk satu minggu kedepan.

Makanya hanya tersisa dua koki di dapur restorannya kini. Yang membantu mereka menyiapkan bahan-bahan ya bagian service disini. Mau bagaimana lagi? Toh Abyaz kekurangan orang. Tapi yang pasti, ia akan memberikan bonus untuk Ira, Anggi, Chika dan Romi yang sedang ada di dapur kini.

Abyaz berjalan menuju kamarnya. Ponselnya yang berdering diatas meja membuatnya segera meraihnya. Senyumnya yang lebar terpaksa harus kembali ia lepaskan saat yang meneleponnya, ternyata bukan Tyas. Abyaz tahu dia yang meminta untuk menyelesaikan hubungannya dengan Tyas, tapi apa daya? Ia merindukan wanita itu.

"Halo?" Abyaz menempelkan ponselnya ke daun telinganya. Suara orang yang ramai terdengar diseberang sana.

"Ada apa, Ma?" Ucap Abyaz saat tidak mendengar suara penelepon.

"Eh! Halo, Nak!" Seru Sang Ibu-Anna dengan riang. Tapi ia terdengar sedang sedikit sibuk karena Abyaz kerap mendengar Sang Ibu berkomunikasi dengan orang lain walau sedang dalam panggilan telepon dengannya.

"Ada apa, Ma?" Ulang Abyaz.

"Kamu jam berapa datangnya, Nak?" Tanya Anna. Dahi Abyaz berkerut bingung. Sejak kapan ia bilang hari ini ia akan pulang kerumah orang tuanya?

"Abyaz ga da-" Sial! Abyaz langsung mengatupkan bibirnya. Benar juga! Ia berjanji akan mempertemukan Tyas dengan kedua orang tuanya hari ini. Ya Tuhan! Bisa-bisanya ia lupa akan hal ini!

"Pacar kamu punya alergi makanan tertentu ga, Nak? Kalau punya, Mama akan minta mereka menyesuaikannya lagi. Mama sudah merencanakan akan menyiapkan banyak sekali makanan! Rumah juga sudah dibersihkan dan didekor!" Ucap Sang Ibu antusias di seberang sana. Mampus sudah Abyaz! Bagaimana ia akan mengeluarkan bom kepada Ibunya yang sudah menyiapkan semuanya dengan hati yang begitu gembira? Abyaz tidak mau membuat Ibunya sedih.

Sejujurnya Tyas sudah pernah melihat kedua orang tuanya di acara penggalangan dana, tapi Tyas tidak ingin dikenalkan kepada mereka. Saat itu, Abyaz mengerti. Tyas mungkin masih perlu waktu, makanya ia dan Tyas tidak duduk di meja khusus keluarga. Abyaz juga menghindari segala pertanyaan yang dilontarkan oleh Ibunya mengenai Tyas, jawabannya nanti akan dikenalkan.

Nanti itu harusnya menjadi malam ini. Abyaz mengusap wajahnya frustasi. Bodohnya dia melupakan janji ini.

"Eum.. gaada deh kayanya, Ma. Gaada alergi apapun." Jawab Abyaz. Ia harus memikirkan apa yang akan ia lakukan mengenai janjinya ini nanti.

"Bagus deh, jadi jam berapa datangnya?" Tanya Anna kembali. Abyaz melirik jam di dinding. "Jam tujuh, Ma."

Setelah mematikan ponselnya, jarinya menggulir daftar kontaknya. Terhenti di kontak dengan tulisan "Sayang♡"

Mr. & Mrs. Brijaya ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang