“Mas kenapa? Capek?” Tanya Cilla. Beralih masuk kedalam pelukannya Januar. Januar menggeleng. Seharian ini Cilla dan Devan cukup menyita pikirannya.
Cilla mendongakkan kepalanya menatap Januar dengan tatapan bertanya-tanya.
“Sayang..” Panggil Januar. Cilla berdehem. Tersenyum manis menatap Januar.
“Ada yang mau kamu ceritain ga ke aku?” Tanya Januar. Cilla terlihat berpikir lantas menggelengkan kepalanya dan mempererat pelukannya pada tubuh kokohnya Januar.
“Yakin?” Cilla melepaskan pelukannya.
“Konteksnya apa, Mas?” Tanya Cilla. Januar bangkit dari posisi tidurnya. Merubahnya menjadi duduk dan menatap Cilla dengan tatapan kecewa.
“Tandanya ada kan yang kamu sembunyiin dari aku?” Cilla ikut merubah posisinya. Menyilangkan kedua kakinya dan duduk menghadap Januar.
“Mas. Yang jelas ngomongnya. Kita kan uda janji bahwa semuanya akan dikomunikasikan.” Ucap Cilla. Tidak gentar dengan tatapan sedih yang diberikan Januar.
“Hah.. kamu ketemu sama Devan? Kemarin? Berdua?” Tanya Januar. Cilla terlihat terkejut, namun beberapa saat kemudian dia berhasil mengendalikan ekspresinya.
“Iya, Mas.” Jawab Cilla. Januar menghela nafas kecewa.
“Jadi kamu bohong sama aku?” Tanya Januar. Cilla mengerutkan dahinya bingung.
“Lah? Bohong apa, Mas?”
“Ya bohong. Kamu bilang kamu mau nemenin Tyas nyari souvenir.” Jawab Januar.
Cilla mengangguk. “Iya! Aku memang nemenin Tyas nyari souvenir, ga sengaja ketemu Devan aja. Mas kalau ga percaya, boleh langsung nanya Tyasnya. Atau sekalian aja nanya Mas Abyaz.” Ujar Cilla sedikit kesal.
Januar terdiam.
“Mas percaya?” Tanya Cilla lembut. Ia sadar ia tidak boleh meninggikan suaranya terhadap Januar. Januar mengangguk kecil. “Trus? Apa lagi?”
“Trus kok kamu ga cerita sama aku? Memang ngobrol apa sama Devan?” Tanya Januar lagi. Cilla tersenyum tipis.
“Buat apa sih, Mas? Toh Devan sudah bukan bagian dari hidup aku. Dia ga penting untuk aku ikutkan kedalam hubungan kita.” Jawab Cilla. Januar terlihat tidak puas dengan jawaban dari Cilla.
Cilla meraih kedua tangannya Januar dan menggenggamnya. “Iya. Dia mau balik sama aku. Dia minta kesempatan kedua sama aku.” Lanjut Cilla. Kedua mata Januar membelalak kaget.
“YANG BENER?”
Tyas dan Cilla sedang berjalan-jalan di sebuah mall yang ramai. Niatnya ingin mencari souvenir yang akan diberikan kepada tamu-tamu dihari pernikahannya Tyas dan Abyaz.
Mereka berdua terlihat akrab dan ceria, tertawa-tawa sambil memandang etalase toko. Tyas mengenakan dress kasual berwarna pastel, sementara Cilla memakai blus putih dan celana jeans.
“Tokonya dilantai berapa, Ty?” Tanya Cilla. Tyas melirik ponselnya.
“Lantai enam, Cil. Naik lift aja apa ya?” Cilla menggelengkan kepalanya.
“Eskalator aja. Sekalian lihat-lihat.” Jawab Cilla. Setelah sampai di toko souvenir yang dicari Tyas, mereka masuk dan memilih souvenir apa yang akan cocok untuk para tamu.
Di tengah obrolan mereka, ponsel Tyas berdering. Setelah melihat nama di layar, Tyas memberitahu Cilla bahwa ia harus mengangkat telepon tersebut. Tyas berjalan ke arah yang lebih sepi, sementara Cilla melanjutkan agenda melihat-lihatnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. & Mrs. Brijaya ✔️
Romantizm[[E N D!]] Dijuluki Gadis Tangisan Aspal karena menangis seperti anak kecil di depan umum agar pria dihadapannya ini mau merelakan pacarnya membuatnya menjadi bual-bualan dan meme nasional. Hah? Maksudnya? Cecilla Kinanti. Gadis berumur dua puluh...