Pintu yang diketuk membuat Januar mempersilahkan orang dibalik pintu untuk masuk.
“Bapak panggil saya? Ada apa pak? Ada yang bisa saya bantu?” Tanya Cilla menatap bingung Januar yang terlihat gelisah. Pria itu tidak bisa menatap kedua matanya Cilla.
“Eum, sudah makan siang, cilla?” Tanya Januar. Cilla menggeleng. “Nih baru mau pergi makan siang pak, cuma tadi pak Zachri minta saya kesini.” Tentu. Suruhan Januar. Menahan Cilla agar Cilla bisa makan siang bersamanya.
Dengan kata lain, Cilla mau bilang harusnya dari tadi saya sudah makan siang, tapi karena bapak, janji makan siang saya tertunda.
Januar mengangguk dan berjalan menuju sofa, “Silahkan duduk.” Ujar Januar. Cilla mengikuti kemauan Januar dan duduk disisinya Januar.
Lantas, Januar mengambil sebuah paper bag dan mengeluarkan dua bento box dari sana. Cilla menerimanya saat Januar menyodorkannya.
“Bapak manggil saya kesini buat ngajak saya makan siang bareng?” Tanya Cilla. Januar mengangguk. Masih merasa ini bukan cara terbaik untuk mengajak Cilla menemui keluarganya. Tck, dasar Zachri!
“Kamu ga nyaman?” Tanya Januar. Cilla menggeleng cepat. “Bukan ga nyaman pak, cuma bingung aja. Ada yang mau bapak bicarain ke saya ya?” Tanya Cilla.
Januar menarik nafas pelan lalu mengangguk, “Tapi makan dulu. Makan. Nih juga.” Januar lantas mengambil paper bag lain dari sisi sofa, lalu memberikannya ke Cilla.
Cilla tersenyum. Paper bag itu isinya adalah es krim yang pernah dimakan Cilla dan Januar bersama.
Ada apa dengan Bossnya ini? Tapi yasudahlah. Cilla menurutinya, menikmati makan siang sampai dessertnya.
Januar menyendok es krim dari bowl besar yang dipegang Cilla, dan memasukkannya kedalam mulutnya. Dengan cepat, Januar mengambil air putih membuat Cilla terkekeh. “Bapak ga suka mint ya?” Tanya Cilla.
Januar mengangguk kecil. Astaga, saking gugupnya, tangannya otomatis terulur untuk ikut memakan es krimnya Cilla.
“Ada apa pak? Bilang aja. Kecuali bapak mau mecat saya, apapun yang bapak bilang nanti akan saya pertimbangkan.” Ujar Cilla. Januar menggeleng cepat. “Bukan! Saya bukan mau mecat kamu!” Cilla mengangguk, “Trus?”
“Gini eum.. mau ikut ketemu keluarga saya ga..?” Cilla menjatuhkan sendok es krimnya mendengar ajakan Januar.
“Eh! Maaf pak!” Dengan cepat, Cilla meraih tisu untuk mengelap karpet Januar yang terkena es krim bekas sendok.
“Tunggu cilla. Cilla! Tenang!” Januar memegang bahu Cilla yang terlihat panik. Cilla menatap kedua mata indahnya Januar dan mencoba menetralkan keterkejutannya.
“Saya jelaskan.” Ujar Januar. Cilla mengangguk dan kembali duduk di sofa.
“Begini, kemarin kan saya menemani kamu ke pestanya raina.. lalu, begini eum.. orang tua saya mengira kita benar-benar berpacaran!” Akhirnya! Kalimat yang terus dilafalkan ini bisa berhasil Januar ucapkan. Januar membuka kedua matanya yang ia pejamkan saat berusaha melontarkan kalimat itu. Cilla mengangguk. Kurang lebih mengerti maksudnya Januar.
“Yasudah pak. Anggap saja sebagai balasan karna bapak sudah membantu saya.” Ujar Cilla santai. Januar terlihat bingung. Semudah ini?
Cilla sedikit kecewa sebenarnya. Ia kira tadi Januar mengajaknya menemui kedua orang tuanya karena Januar benar-benar menaruh perhatian kepadanya. Rupanya hanya untuk menyelesaikan kesalahpahaman? Baiklah!
“Kapan pak?” Tanya Cilla. Januar melirik jam di dinding, “Nanti malam saya jemput ya?” Cilla mengangguk. “Boleh pak. Yasudah, saya kembali kerja ya pak. Boleh saya bawa ice creamnya?” Ujar Cilla. Januar mengangguk. Benar-benar semudah ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. & Mrs. Brijaya ✔️
Romantizm[[E N D!]] Dijuluki Gadis Tangisan Aspal karena menangis seperti anak kecil di depan umum agar pria dihadapannya ini mau merelakan pacarnya membuatnya menjadi bual-bualan dan meme nasional. Hah? Maksudnya? Cecilla Kinanti. Gadis berumur dua puluh...