Chapt 50 ; I Miss You

1.1K 140 20
                                    

“Bapak yakin uda fit?” Tanya Zachri melirik Januar dari rear-view mirror. Januar mengangguk. Sejujurnya Januar sakit akhir-akhir ini. Tidak hadir di kantor, dan rawat inap di rumah sakit selama beberapa hari. Yang merawatnya siapa? Tentu Zachri. Masa Cilla.

Saat ini mereka sedang dalam perjalanan ke rumah utama. Kediaman Opa Tora dan Oma Rara.

Seluruh cucu Brijaya di panggil karena ya, semua orang tau alasannya. Mobil yang dikendarai Zachri akhirnya berhenti didepan rumah utama.

“Mau saya temani pak?” Tanya Zachri. Januar menggeleng. “Kamu disini saja, saya hanya sebentar.” Ucap Januar. Zachri mah setia sama boss, jadi nurut aja apa kata boss ya.

Januar masuk kedalam, di sambut oleh Bi Ria. “Den!” Bi Ria terlihat senang karena Bi Ria kira Januar tidak akan datang. Jika Januar tidak datang? Artinya hubungan Januar dengan Opanya sedang tidak baik-baik saja.

“Astaga nak! Mama cariin kemana-mana, kamu kemana aja selama ini?!” Dua hari tidak masuk kantor, dua hari juga tidak dirumah. Dewi sampai panik takut Januar diculik.

“Engga kok ma. Janu ada urusan sedikit. Maaf ga bilang-bilang mama.” Ujar Januar tersenyum didepan Dewi. Sebagai Ibu, Dewi tahu bahwa senyum yang diberikan oleh Januar itu tidak tulus. Melainkan hanya untuk menenangkan dirinya. Dewi melirik ke belakang Januar. Tidak ada tanda-tanda Cilla. Mereka belum baik-an?

“Kamu datang sendiri?” Tanya Dewi. Januar menggeleng, membuat senyum Dewi terbit.

“Mana ci--”

“Sama zachri.” Lanjut Januar. Dewi mengatupkan bibirnya. Benar. Mereka belum baik-an. Aduh! Dewi khawatir.

“Yauda ma, janu masuk kamar dulu.” Ujar Januar. Ia harus mempersiapkan diri sebelum mengkonfrontasi Opa Tora mengenai rencananya.

Baru dua menit ia mendudukkan dirinya diatas kasur, pintunya sudah diketuk. Januar bangkit dan membuka pintu.

Ini Bianca. Menyilangkan kedua tangannya dan terlihat ragu ingin mengucapkan sesuatu.

“Apa?” Tanya Januar malas. Ia malas berurusan dengan Baro ataupun adiknya, Bianca.

“Tck! Aku uda minta maaf sama kak cilla, kak. Kakak bisa berhenti nyentuh baju-baju aku.” Ucap Bianca. Alis Januar bertaut.

“Kamu ketemu cilla?” Tanya Januar. Bianca mengangguk.

“Iya. Di mall. Kak cilla sama cowo ganteng banget, senyumnya beuh.. ekhem.” Info Bianca sedikit tersenyum genit saat memikirkan Dion, pria yang sempat menarik perhatiannya.

“Cowo?” Januar tentu tahu siapa yang Bianca maksud. Tapi ya, mana tahu perkiraannya salah.

“Iya kak. Tingginya sekitar 180 an, senyumnya manis banget. Ada lesung pipitnya.” Tentu. Siapa lagi kalau bukan Dion. Sebuah senyuman pahit muncul di bibir pria itu.

“Ada hubungan apa ya mereka kak? Kakak gatau? Kakak kan pacar--eh uda putus deng ya. Anyway, mereka ketawa bareng, mesra bang--”

Brak!

Bianca mengedipkan kedua matanya berkali-kali. Ini Januar baru aja nutup pintu didepannya kan?

“Anjir? KAK! ADUH ADUH!” Bianca memukul pintunya Januar dengan kesal tapi malah berakhir menyakiti tangannya.

Januar mengusap wajahnya lelah. Ia rindu Cilla. Wanita itu sedang apa ya? Ah pasti sedang mesra-mesra-an sama Dion. Sekarang kan dirinya dan Cilla sudah tidak ada hubungan apapun, berarti Cilla berhak bersama dengan pria lain. Januar sedih banget. Banget. Mengapa ia harus terlambat menyadari perasaannya? Mengapa ia membiarkan Cilla pergi darinya? Sayang sekali semuanya sudah terlambat.

Mr. & Mrs. Brijaya ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang