Cilla mendongakkan kepalanya dari televisi didepannya saat suara Mama Ningsih terdengar.
“Cilla? Mama dateng!” Ucapnya. Cilla menoleh ke Ningsih yang masuk ke apartemennya tanpa menekan bel. Ya, ngisi passcode sendiri. Sebenarnya Ningsih tahu passcode apartemennya Cilla, tapi Ningsih tidak pernah masuk langsung karena takut ada Devan didalam.
Kalau tiba-tiba anaknya lagi berduaan sama pacar dan Ningsih menyaksikan itu? Canggung kan? Makanya Ningsih selalu menekan bel. Tapi setelah Cilla tidak punya pacar lagi, untuk apa dia menunggu Cilla membukakan pintu untuknya kalau dia sendiri bisa masuk?
Cilla kembali pada televisi dengan sebucket ice cream mint diatas pahanya.
“Kamu ini, weekend gini ngapain dirumah sih? Pergi main kek!” Ucap Ningsih membuka kulkasnya Cilla. Memasukkan lauk-lauk baru yang akan menggantikan lauk lama dikulkasnya Cilla ini.
“Ini kok ada yang masih banyak cil?” Protes Ningsih melihat lauk-lauk yang terakhir ia kasih masih cukup banyak berdiam diri di kulkasnya Cilla.
“Kalau mama lupa, aku selama ini tinggal di rumah mama.” Jawab Cilla melanjutkan mengemut sendok es krimnya.
“Iya juga.”
Cilla menghentikan acara nontonnya dan mendekati Ningsih. “Kok di rumah aja kamu?” Tanya Ningsih.
“Kalau cilla gaada di rumah, mama kesini ga bisa ketemu cilla dong?” Ningsih mengendikkan bahunya dan sibuk dengan kegiatan mengisi kulkasnya Cilla.
“Ya gapapa. Toh mama kesini bukan buat ketemu kamu.” Ujar Ningsih. Cilla berdecak. “Mama ih!” Mengerucutkan bibirnya dan duduk di pantry. Ningsih terkekeh kecil.
“Tyas ga dateng kesini?” Tanya Ningsih. Selesai melakukan aktivitasnya. Cilla menggeleng. “Mama ke apartemen dia tadi, dia gaada. Mama kira keluar sama kamu.” Cilla kembali menggeleng. Kali ini bangkit dari kursi pantry dan kembali duduk di sofa. Melanjutkan dramanya.
“Setau mama tyas punya pacar baru kan? Kok ga pernah ngena--”
“Uhuk!” Cilla terkejut dengan serangan Mama Ningsih. Dengan cepat, Ningsih memberikan segelas air putih untuk putrinya. Bagaimana ya reaksi mereka kalau tahu pacar Tyas yang sekarang juga seorang Brijaya?
“Kamu kenapa?” Ningsih mengusap-usap punggungnya Cilla dengan panik. Cilla menggeleng setelah meneguk isi gelas yang disodorkan Ningsih sampai tandas.
Dalam hati Ningsih pikir apa Cilla sedih karena Tyas pergi berpacaran dan meninggalkan dia? Padahal yang Cilla khawatirkan adalah Tyas dan kekasihnya.
“Cil.” Panggil Mama Ningsih. Cilla berdehem dan mendongak menatap Ningsih dengan senyuman kikuk.
“Dion gimana?” Tanya Ningsih secara tiba-tiba, sedikit mengagetkan Cilla yang tidak memperkirakan hal ini.
“Hah? Gimana maksudnya?”
Ningsih menghela nafas pelan. “Ya gimana menurut kamu orangnya, cil?” Cilla terlihat berpikir. “Eum, ya baik ma. Cilla juga uda lumayan deket lah sama pak dion.” Cerita Cilla. Ningsih tersenyum lebar.
“Iyakah? Bagus banget!” Seru Ningsih antusias. Cilla tertawa. “Jangan aneh-aneh ma.” Ucap Cilla kembali berjalan menuju sofa. Ningsih berdecak menyusul Cilla dan duduk di sisi Cilla. “Aneh-aneh apanya sih! Masa mama ga boleh berharap kamu dapet jodoh terbaik?” Cilla hanya terdiam menanggapi kalimat yang dilontarkan Ningsih.
Ningsih menyadari ekspresi sedih yang dipasang oleh Cilla. Putrinya itu pura-pura kembali menonton drama korea di televisi besar tersebut, tapi Ningsih bisa lihat. Cilla bahkan tidak fokus pada hal didepan sana. Pikiran Cilla sibuk mengelana entah kemana, tapi Ningsih bisa menebaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. & Mrs. Brijaya ✔️
Storie d'amore[[E N D!]] Dijuluki Gadis Tangisan Aspal karena menangis seperti anak kecil di depan umum agar pria dihadapannya ini mau merelakan pacarnya membuatnya menjadi bual-bualan dan meme nasional. Hah? Maksudnya? Cecilla Kinanti. Gadis berumur dua puluh...