Chapt 70 ; Sederhana

1.3K 126 14
                                        

Januar akhirnya diizinkan pulang setelah menginap hampir seminggu di rumah sakit. Tidak ada yang datang menjenguk karena keluarganya Januar memang tidak mengatakan apapun ke siapapun mengenai kondisinya Januar.

“Bisa, Mas?” Cilla membantu Januar untuk bangkit dari posisi baringnya. Januar mengangguk.

“Aku uda baik-baik aja kok, Sayang.” Jawab Januar. Cilla mengangguk mengerti dan kembali membereskan pakaiannya Januar.

“Sudah siap?” Pintu ruangannya Januar dibuka, August muncul dari sana.

“Sudah, Mas.” Jawab Cilla. August akhirnya minta maaf karena merasa bersalah telah membentak Cilla. Melihat bagaimana bergantungnya Januar ke Cilla, August tidak ingin menghadang kebahagiaan adiknya itu.

Setelah check out dari rumah sakit, August mengantarkan keduanya menuju apartemennya Cilla.

“Opa sering bertanya tentang kamu, Dek. Gamau balik kantor?” Tanya August. Melirik Januar dari kaca tengah mobil. Januar menggeleng pelan.

Keluarganya ini masih tidak tahu tentang pekerjaannya kini, mereka hanya tahu Januar sedang berusaha memperluas koneksi di Paris.

“Baro bakalan nikah bulan depan.” Info August. Januar mengangguk kecil. Bukan urusannya. Ia jujur tidak peduli. Mau Baro menikah atau tidak, ia tidak peduli.

“Eum Mas, laper ga?” Tanya Cilla. Berusaha mengalihkan pembicaraan. Cilla menyadari ekspresi tidak suka yang muncul diwajahnya Januar saat August mengungkit soal Baro.

“Kamu laper, Sayang?” Tanya Januar. Cilla mengangguk dan menyengir kecil.

“Sedikit, Mas. Mau makan dulu? Mas August? Mau makan dulu?” Tanya Cilla. August mengangguk.

“Boleh. Kebetulan, resto Abyaz dekat sini kan? Sekalian aja kita mampir.” Ucap August. Cilla mengangguk.

Mobil August akhirnya berhenti di parkiran restorannya Abyaz.

Restoran Abyaz sudah buka seperti biasa. Para karyawannya sudah baik-baik saja sekarang.

Setelah menghabiskan hampir dua puluh menit didalam sana, Abyaz ikut bergabung dan duduk di sampingnya August.

“Kamu uda baikan, Nu?” Tanya Abyaz. Januar mengangguk. Kalau Abyaz memang sempat datang bersama dengan Tyas.

“Sudah kok, Mas.” Jawab Januar. Cilla bangkit untuk pamit ke kamar mandi, meninggalkan tiga pria yang membicarakan dirinya.

“Kamu secinta itu sama Cilla ya, Dek?” Mulai August. Sebuah senyuman manis tersemat di bibirnya Januar. Pria itu mengangguk.

“Aku mengakui Mas. Rasa cintaku mungkin lebih besar dari rasa cintanya Cilla kepadaku. Aku suka semua hal kecil dari Cilla. Mulai dari senyumnya, sampai ekspresi sebalnya.” Tidak sekilas pun senyumnya Januar meninggalkan wajahnya selama mereka membicarakan Cilla.

August sebenarnya tidak tahu rasa cinta sebesar apa yang dibicarakan Januar. August sendiri awalnya menikah dengan Ayana tidak karena cinta. Kedua keluarga mereka punya hubungan yang baik dan memang sudah waktunya saja August rasa ia harus membuka lembaran baru dihidupnya. Saat itulah dia melamar Ayana.

“Aku bisa mengerti maksud Janu, Mas.” Celetuk Abyaz. “Rasaku ke Tyas juga seperti itu. Saat ini aku merasa gelisah kalau tidak ada kabar dari Tyas.” Cerita Abyaz. August tersenyum kecil.

Adik-adiknya ini kenapa pada bucin semua. Sebenarnya pelet apa yang digunakan oleh putri-putri Darmaris itu?

 Sebenarnya pelet apa yang digunakan oleh putri-putri Darmaris itu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mr. & Mrs. Brijaya ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang