Chapt 57 ; Lamaran

1.1K 123 15
                                    

Tyas menyenggol Cilla dengan sikunya. Cilla menoleh kesal ke Tyas. “Ty, please.” Ucap Cilla lelah dengan tatapan menggoda yang diberikan Tyas.

“Ya gue ga nyangka aja, sahabat gue ini rupanya doyan main gila.” Cilla memutar malas kedua bola matanya. “Main gila apa? Yang gila lo kali dan segala asumsi aneh di kepala lo itu.” Sewot Cilla. Tyas tertawa dengan ke-sinisan Cilla pada malam ini.

“Oh god? Asumsi? Lo sadar kan dia hadir malam ini buat siapa?” Tanya Tyas sedikit greget. Cilla meneguk wine putih yang disediakan untuk para tamu di pesta ini.

“Buat Papa.” Cilla meletakkan gelas winenya diatas meja dan melirik Harry yang tertawa begitu senang dengan entah apa yang ia perbincangkan bersama dengan Dion.

Tyas tertawa keras. “Gausah bohong sama diri lo sendiri, Cilla.” Ini Tyas lagi nyindir Cilla sebenarnya.

“Gue uda punya Januar, Tyas.” Balas Cilla. Tyas mengangguk. “Yea. Tapi kemana Januar lo itu?” Cilla menutup matanya dan kembali meneguk wine diatas meja ini.

“Gue juga berusaha bertahan, Ty.” Balas Cilla. Tyas berdecak. “Gue tau seberapa sulit buat kalian bersatu, tapi kalau ga jelas gini hubungannya, kata gue mending lo sama Dion aja.” Ucap Tyas membuat Cilla meliriknya sebal.

“Ga jelas apanya? Semalam dia ngasih gue mobil, Ty.” Jawab Cilla membuat Tyas menatapnya dengan tatapan, “Masa?”

“Tau alasannya apa?”

Tyas menggeleng. “Biar gue ga semobil lagi sama Dion.” Ucap Cilla, Tyas tertawa. “Se-cemburuan itu kah, Januar?” Cilla berdehem.

“Dan gue tau Pak Dion ada rasa ke gue. Gue ga se-buta itu, please.” Lanjut Cilla. Tyas meneguk winenya dan menatap Cilla dengan tatapan yang tidak bisa Cilla artikan.

“Gue uda ngomong sama dia.” Ucap Cilla. Benar. Cilla sudah membicarakan ini bersama dengan Dion. Dion adalah seseorang yang akan bertemu dengannya setiap hari, Cilla tidak mau perasaan apapun yang muncul dari Dion menghambat pekerjaan mereka. Walau sedikit malu, Cilla memulai percakapan tersebut malam itu.

“Belum pulang, cil?” Tanya Dion membuka pintu ruangannya Cilla. Cilla mendongakkan kepalanya dari berkas-berkas diatas mejanya.

“Belum, Pak. Bapak duluan saja.” Ucap Cilla memberikan sebuah senyuman singkat untuk Dion.

Dion memilih masuk dan duduk diatas sofa yang ada diruangannya Cilla. Cilla mendongakkan kepalanya. Menatap bingung Dion yang tiba-tiba saja merebahkan diri diatas sofa coklat tersebut.

Dion sadar tatapan bertanya-tanya yang diberikan oleh Cilla lantas menyahut, “Saya temani. Mobil kamu oke? Biar saya antar pulang saja sekalian. Toh rumah kita searah.” Bohong. Cilla tahu dimana rumahnya Dion. Jauh sekali kalau dibilang searah.

“Maaf Pak, saya berterima kasih. Tapi—”

“Jadi kamu berterima kasih atau minta maaf?” Jenaka Dion merubah posisi rebahannya menjadi posisi duduk.

Cilla terdiam. “Bapak suka sama saya?” To the point, Cilla bertanya. Dion terlihat kaget.

“Mau jawaban jujur atau tidak?” Tanya Dion kembali. Cilla berdecak sebal karena Dion malah bercanda padahal disini dia super serius. Dion tertawa.

“Oke. Iya. Jawabannya, iya.” Ucap Dion. Cilla mengangguk. “Tapi Bapak ta—”

“Iya. Saya tau kamu dan Januar sudah bersama kini.” Lanjut Dion. Cilla melirik Dion dengan tatapan, “Trus?”

“Kamu kan bawahan saya, Cilla. Apa salahnya saya menemani kamu sampai pekerjaan kamu selesai? Sudah tanggung jawab saya membuat kamu aman.” Ucap Dion. Cilla menggeleng. “Tanggung jawab satpam, Pak. Bukan tanggung jawab Bapak. Lagian emang saya bakalan ga aman kalau gaada Bapak?” Ini Cilla sebenarnya ga mau ketus, tapi ketus. Ngerti ga sih?

Mr. & Mrs. Brijaya ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang