Chapt 9 ; Rencana

2.4K 157 13
                                        

“Manfaatkan saya. Bawa saya sehingga dia tahu bahwa tanpa dia, kamu masih baik-baik saja.” Ujar Januar. Dahi Cilla berkerut bingung. “Maksud bapak?” Januar berdecak.

“Saya lebih tampan, lebih kaya dan lebih baik dari dia. Bukankah dengan begini, dia yang akan menyesal telah meninggalkanmu?” Cilla tertawa tak percaya. “Bapak narsis banget ya..?” Januar terdiam. Apa tadi kata Cilla? Narsis..? Nar.. Narsis?!

“Engga! Saya hanya menyatakan fakta.” Cilla tertawa. Tapi memang benar apa yang dikatakan Januar. Januar tentu lebih baik dari segi fisik sampai materi.

“Trus balasan yang harus saya berikan ke bapak?” Januar menyeringai. Rupanya Cilla tahu yang namanya balas budi juga. “Nanti akan saya beri tahu. Tidak sulit. Bagaimana?” Cilla langsung menutup tubuhnya dengan menyilangkan lengannya, membuat Januar menatap Cilla dengan tatapan tak percaya.

Januar menepuk kepalanya. Astaga Cilla. Tangannya terulur untuk menyentil dahi Cilla dengan pelan. “Aw!” Cilla menggosok dahinya. “Entah hal kotor apa yang kamu pikirkan, tapi saya ini pria yang terhormat.” Ujar Januar. Cilla mengerucutkan bibirnya.

“Dan saya tidak tertarik dengan gadis yang lebih muda dari saya.” Cilla menatap Januar kesal. Kok berasa ditolak sebelum bertindak? “Dih! Emang bapak setua apa sih? Sok tua banget.” Januar tertawa. Baru kali ini dia bertemu dengan gadis yang punya sifat seperti Cilla. Kebanyakan gadis di sekitarnya berusaha bertingkah sopan dan elegan didepannya. Mereka membosankan. Entah mengapa, Cilla membuatnya tertarik.

“Kita beda enam tahun tau!” Ujar Januar. Cilla menutup mulutnya tak percaya.

“Bapak setua itu?!” Astaga Cilla! Januar kembali tertawa membuat Cilla terdiam. Terpesona. Cilla kembali tersadar bahwa saat tertawa ketampanan Januar memang benar-benar meningkat berkali-kali lipat.

“Kenapa?” Tanya Januar saat Cilla mendadak terdiam. “Bapak bener-bener ganteng banget kalau ketawa.” Januar menggelengkan kepalanya dengan senyuman kecil. “Sudah dua kali kamu ngomong gini, mau godain saya ya?” Januar mengacak rambut Cilla sebelum pergi menjauh dengan keren. Cilla terdiam lantas menyentuh dadanya. Apa ini?! Kok dag dig dug?! Sakit jantung kah dia? Hah! Ada yang tidak beres!

 Apa ini?! Kok dag dig dug?! Sakit jantung kah dia? Hah! Ada yang tidak beres!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tunggu ty! Lo mau kemana sih?” Tyas berdecak. “Ya mau datengin si bajingan itu! Bakalan habis dia sama gua! Dasar sialan!” Umpat Tyas saat Cilla bercerita bahwa Devan mendatangi kantornya untuk menyerahkan undangan pernikahan kepadanya.

“Jangan ty.. gue ga mau lo yang kena masalah.” Tyas mengusap wajahnya frustasi. “Trus lo ga nampar dia ditempat?” Cilla menggeleng. Benar juga! Harusnya tadi Devan dia tampar. Pria itu benar-benar seenaknya.

“Harus pergi ga ya gue..?” Tanya Cilla. Dilema dia. Maka disinilah dia mencoba mendengarkan pendapat dari Tyas. Tyas meneguk bir kalengnya dan mengangguk tegas. “Pergi lah! Gila kali? Buktiin ke dia kalau lo uda baik-baik aja tanpa dia!” Cilla menghela nafas pelan. Sama seperti ucapan Januar.

Mr. & Mrs. Brijaya ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang