Chapt 62 ; Kebahagiaan

1.2K 117 10
                                    

Cilla meletakkan garpu dan sendoknya diatas piringnya yang sudah bersih.

Malam ini, dia sedang makan malam bersama dengan Harry dan Ningsih. Tidak ada Tyas disini. Tentu saja. Setelah kejadian Tyas mengamuk kepadanya, Cilla menahan dirinya untuk tidak menghubungi Tyas sebelum Tyas yang lebih dulu reach out. Cilla ingin memberi waktu untuk Tyas. Itu yang diperlukan Tyas, waktu dan ini.

“Cilla mau ngomong, Pa. Ma.” Ucap Cilla.

Harry mengangguk. “Ada apa, Sayang?”

“Ada apa?” Tanya Ningsih. Cilla menarik nafas panjang. Ia harus bisa.

“Cilla kembali dengan Januar.” Ucap Cilla dalam sekali tarikan nafas.

Harry terbatuk-batuk mendengarkan pengakuan dari Cilla. Ningsih dengan cepat menyodorkan gelas air putih untuk suaminya ini.

“Kamu gila?!” Marah Harry. Melempar napkin keatas meja. Lebih tepatnya membanting. Menunjukkan ia benar-benar tidak setuju atas apapun yang telah disetujui oleh Cilla bersama dengan Januar.

“Papa! Duduk dulu!” Titah Ningsih.

Harry mengernyitkan dahinya dan duduk kembali ke kursinya.

“Pa, Cilla tau hp Cilla engga jatuh ke air. Cilla tau, Papa ga mengembalikan hp Cilla saat itu karena tidak ingin Januar berhasil menghubungi Cilla.” Ucap Cilla. Harry terlihat seperti tertangkap basah. Ia pura-pura tidak mendengarkan ucapannya Cilla.

“Januar tidak salah apapun ke Papa. Januar menyayangi Cilla, sama besarnya seperti rasa sayang Papa ke Cilla.” Lanjut Cilla.

“Tidak. Rasa sayang Papa lebih besar daripada dia.” Sanggah Harry. Cilla berdecak kecil. “Bukan itu intinya, Pa. Cilla ngerti Papa marah karena tingkah Bianca malam itu, tapi Cilla ga ngerti kenapa Papa seberusaha itu untuk memisahkan Cilla dan Januar.” Balas Cilla. Harry hanya diam. Bergeming atas tuntutan dari Cilla.

“Karena Januar Brijaya? Karena Papa punya masa lalu yang buruk dengan salah satu anggota keluarganya Brijaya?” Tanya Cilla. Harry terkejut. Ningsih menghela nafas kecil. Ia sudah tahu. Cepat atau lambat, anak-anaknya akan tahu alasan Harry se-benci ini dengan keluarga Brijaya.

Terima kasih kepada Angga—detektif sejati antek-anteknya Tyas dulu. Awalnya, Januar yang ingin mencari tahu mengenai hal ini, tapi karena Januar sedang ada di Paris kini, Pria itu sulit untuk melakukan penyelidikan, maka Cilla yang turun tangan dengan menghubungi Angga. Ia masih punya nomor telepon Angga saat berusaha men-ciduk Devan dalam aksi main serongnya.

“Papa pernah punya hubungan dengan Tante-nya Janu kan? Hampir menikah tapi hubungan Papa tidak direstui oleh Opa Tora?” Benar. Ucapan Cilla semuanya benar.

Harry pernah berpacaran dengan Aunty Ratih—Bibi tertuanya Januar. Mereka jatuh cinta setelah bertemu di universitas yang sama. Hubungan mereka cukup serius bahkan Harry sampai melamar Ratih. Sayang. Hubungan mereka kandas hanya karena Opa Tora. Opa Tora tidak menyukai Harry.

Saat bersama dengan Ratih, usaha Harry tidak sebesar sekarang. Keluarga Darmaris tidak semaju sekarang. Butuh banyak kerja keras untuk Harry bisa sampai di posisinya saat ini. Sangat banyak kerja keras, ditambah bumbu sakit hati karena ditolak Opa Tora.

Sayangnya, Ratih mengikuti ucapan Sang Ayah dan memutuskan hubungannya dengan Harry. Sejak saat itu, Harry mencoba menjadi orang yang lebih hebat. Penolakan Opa Tora membuatnya ada diposisi ini. Setelah sukses, Harry menjalin kerja sama dengan perusahaan Brijaya. Mencoba menunjukkan bahwa dirinya telah menjadi orang yang hebat. Bahkan sampai ikut acara-acara yang diadakan oleh keluarga Brijaya. Ia bukannya masih ingin Ratih, ia hanya ingin membuktikan ke Opa Tora yang telah meremehkannya.

Ningsih tahu mengenai hal ini karena Ningsih dulu berteman dekat dengan Ratih.

Ningsih tidak merasa cemburu atas obsesi Harry mencoba mengalahkan Brijaya karena berkat hal itu, Harry bekerja seratus kali lebih giat. Lagian Ningsih tahu benar Ratih tidak lagi tinggal di Indonesia.

Ratih berlibur ke Belanda setelah gagal menikah dengan Harry. Cukup lama. Hampir satu tahun dia disana sampai akhirnya bertemu dengan pria yang kini sudah menjadi suaminya. Pengobat luka di hatinya.

Sama seperti Ratih yang bahagia bersama dengan Aldert, Harry juga. Hanya saja, rasa sakit ditolak dan diremehkan oleh Opa Tora tidak bisa hilang begitu saja dari hatinya. Makanya Harry tidak suka dengan Januar atau bahkan Abyaz. Jujur, semua pria Brijaya, Harry tidak suka.

Kenapa dari semua Pria lajang yang ada didunia ini, kedua putrinya malah memilih bersama dengan keturunan Brijaya? Harry tidak mengerti. Sebenarnya ini karmanya atau gimana? Karma yang mana tapi?

“Pa.” Cilla menatap Harry dengan tatapan menuntut penjelasan. Sebuah helaan nafas panjang keluar dari bibirnya Harry.

“Di dunia ini, banyak pria single yang lebih baik dari keturunan Brijaya yang satu itu, kenapa harus sama dia?” Tanya Harry balik. Cilla kesal. Bukan ini balasan yang ia mau.

“Cilla semalam kerumah Tyas. Tyas marah ke Cilla, Pa.” Cerita Cilla. Harry terlihat kaget, sama halnya dengan Ningsih. Siapapun tahu, hubungan Tyas dan Cilla itu selalu baik. Mereka selalu saling mengerti satu sama lain. Hal apa yang membuat Tyas murka ke Cilla?

“Menurut Tyas, alasan hubungannya dengan Mas Abyaz tidak disetujui itu karena Cilla. Karena hubungan Cilla dan Januar tidak berjalan lancar dan tidak disetujui Papa, hubungan dia juga terkena dampaknya.” Cilla awalnya merasa bersalah, karena apa yang dipikirkan Tyas memang benar, sebelum ia tahu kenyataan bahwa Ayahnya ini memang tidak suka dengan Brijaya bahkan sebelum ia kenal dengan Januar.

“Pa, Tyas kelihatan hancur banget. Mas Abyaz mutusin buat pisah dengan Tyas.” Lanjut Cilla. Harry terdiam. Kelihatan merasa bersalah.

Cilla awalnya tidak tahu akan hal ini. Januar bilang Mas Abyaz meneleponnya untuk memintanya bertanya ke Cilla, bagaimana keadaan Tyas. Cilla jadi mengerti mengapa Tyas semarah itu kepadanya.

Cilla dapat melihat sebesar apa perasaan Tyas terhadap Abyaz. Cilla sedih karena dirinya membuat Tyas sedih.

“Cilla mohon.. Papa pikirkan lagi keputusan Papa. Tyas berhak bahagia, Pa.” Cilla bangkit dari duduknya.

“Cilla pamit ya,” Ucap Cilla. Langsung berjalan pergi tanpa meninggalkan kecupan dan pelukan seperti yang biasa ia lakukan kepada Harry dan Ningsih.

Setelah kepergian Cilla, Ningsih melirik Suaminya. “Kan Mama sudah bilang, Pa. Biarkan mereka. Ghali dan Januar pasti bisa menjaga mereka dengan baik. Papa sendiri yang bilang akan menjadi sosok Ayah yang selalu membuat senyum terbit di bibir mereka. Bagaimana jadinya kalau malah Papa yang merampas senyum tersebut? Tawa mereka? Kebahagiaan mereka?” Tanya Ningsih. Ia ikut bangkit dari meja makan. Ia harus membiarkan Harry memiliki waktu sendiri untuk memikirkan keputusannya. Apapun yang akan diputuskan oleh Harry nanti, Ningsih harap hanya akan ada kebahagiaan yang muncul di keluarga mereka. Apapun itu semoga menjadi yang terbaik untuk semua orang.

Ternyata begitu gais hahahaPantes Papa Harry ga suka bngt sama keluarga Brijaya :") awalnya si dia uda setuju setelah melihat Januar langsung, ia pikir oke lah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata begitu gais hahaha
Pantes Papa Harry ga suka bngt sama keluarga Brijaya :") awalnya si dia uda setuju setelah melihat Januar langsung, ia pikir oke lah. Demi anak. Tapi setelah kejadian Bianca, ia merasa mereka semua sama aja :")) kasian ya Cilla dan Tyas.

Sincerely,

Pikachuu.

Mr. & Mrs. Brijaya ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang