“Sudah siap, Sayang?” Pintu tunggu pengantin milik Cilla dibuka. Mama Dewi datang menjemput Cilla. Sedangkan Tyas akan dijemput oleh calon mertuanya.
Cilla bangkit dari tempat ia duduk, dibantu oleh staff tempat acara ini diadakan. Sekali lagi dia melirik pantulan dirinya dari cermin besar yang tertempel di dinding ruangan. Debar jantung Cilla tidak karuan rasanya. Masih terkejut bahwa sosok cantik itu adalah dirinya.
Sebuah nafas panjang, Cilla tarik untuk menenangkan dirinya. Cilla pasti bisa! Cilla mengangguk dan tersenyum tipis ke Dewi. Dewi mengangguk.
“Ayo, Sayang.” Ucap Dewi. Cilla berjalan keluar dari ruangannya. Bersamaan dengan keluarnya Cilla, Tyas juga keluar dari ruang tunggunya.
“God! You look so gorgeous!” Pekik Tyas tanpa sadar bahwa dirinya juga tidak kalah memukau dari Cilla. Cilla tersenyum manis.
“Look at yourself, girl!” Balas Cilla. Tyas tersenyum dan menggoyangkan gaun panjangnya. Cilla terkekeh kecil.
“Ayok. Papa kalian uda nunggu.” Ucap Dewi. Cilla dan Tyas saling melirik lantas mengangguk secara bersamaan. Pintu didepan mereka dibuka. Harry menunggu di sana dengan senyuman haru.
Sebagai seorang Ayah, menikahkan kedua putrinya sekaligus adalah sesuatu yang tidak pernah Harry pikiran akan ia lakukan sebelumnya. Bagi Harry, Tyas masih gadis kecil nakalnya yang selalu membantah setiap perkataannya, dan bagi Harry, Cilla masih terlihat seperti pertama kali ia menginjakkan kedua kakinya di rumah mereka. Rapuh dan ingin dia lindungi sekuat tenaganya.
“Anak-anak Papa cantik sekali. Ayo.” Harry berkacak pinggang dengan kedua mata berkaca-kaca.
“Pa, jangan nangis ya. Malu tau!” Omel Tyas. Harry tertawa kecil. Dasar, Tyas!
Setelah Cilla dan Tyas mengaitkan lengan mereka ke lengannya Harry, pintu besar didepan mereka ini dibuka.
Cahaya matahari yang lumayan adem siang ini menyambut mereka. Putri-putri ini sudah tidak lagi butuh perlindungan darinya. Diujung sana, berdiri Januar dan Abyaz yang berkaca-kaca. Mereka memang belum melihat Cilla dan Tyas sejak pagi. Kalau bukan karena ditahan Ningsih, Januar dan Abyaz pasti sudah berlari masuk ke ruang tunggu para pengantin mereka.
Setiap langkah yang diambil Cilla juga Harry dan Tyas, membuat degup di dada Januar dan Abyaz semakin kencang.
Mereka akhirnya tiba dihadapan para pengantin pria.
“Januar, Abyaz, Papa menyerahkan Cilla dan Tyas kepada kalian dengan penuh kepercayaan. Perlakukan mereka dengan lembut, hormati mereka, dan cintai mereka dengan tulus. Karena sekarang, mereka adalah tanggung jawab kalian, dan Papa tahu kalian akan menjaga mereka dengan sebaik-baiknya dan Papa berterima kasih karena kalian telah membawakan kebahagiaan di hidup putri-putri Papa. Papa hanya berharap satu. Jangan sakiti keduanya. Mereka berharga bagi Papa. Kalau suatu hari kalian tidak lagi mencintai mereka, pulangkan saja mereka kerumah. Jangan sakiti mereka.” Ucap Harry menyatukan tangan Tyas dan Abyaz lalu Januar dan Cilla.
“Pa..” Gumam Tyas dengan mata yang sudah banjir. Siapa tadi yang bilang jangan menangis? Cilla pun menangis tapi dia masih bisa menahan agar tidak begitu pecah didepan semua orang.
“Tidak akan, Pa. Januar akan selalu mencintai dan menjaga Cilla dengan sepenuh hati.” Jawab Januar tegas sembari tersenyum lembut kepada Harry.
“Terima kasih sudah memberikan kepercayaan kepada Abyaz, Pa. Abyaz tau betapa berharganya Tyas bagi Papa, dan Abyaz akan memastikan bahwa cinta dan perhatian yang Papa berikan kepada Tyas akan terus Abyaz lanjutkan.” Harry mengangguk saat keduanya menundukkan kecil kepala mereka tanda hormat kepada Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. & Mrs. Brijaya ✔️
Romance[[E N D!]] Dijuluki Gadis Tangisan Aspal karena menangis seperti anak kecil di depan umum agar pria dihadapannya ini mau merelakan pacarnya membuatnya menjadi bual-bualan dan meme nasional. Hah? Maksudnya? Cecilla Kinanti. Gadis berumur dua puluh...