Chapt 18 ; Calon Mama Mertua

1.6K 120 4
                                    

Cilla berdecak sebal. Kepalanya kerap berdenyut sejak ia bangun pagi sampai sekarang. Kakinya melangkah masuk melewati lobi pada pagi hari ini.

Tck! Semua ini karena Tyas yang kerap menyodorkannya alkohol sehingga pada pagi ini, Cilla sakit kepala, perut mules dan butuh kuah pedas untuk menetralkannya.

“Pagi!” Suara Reza membuatnya menoleh. “Iya.” Balas Cilla. Reza menatap bingung Cilla. “Kenapa lo?” Reza adalah pria yang di nobatkan sebagai pria tertampan se-perusahaan, tentu sebelum Januar tiba. Reza juga dikatakan sebagai pria ter-ramah walau menurut Cilla tidak. Reza ini hanya punya tingkat kepo yang luar biasa tinggi. Ia bisa saja melewati Cilla, tapi harus sekali dia mengomentari Cilla pada pagi ini.

“Habis minum ya? Ya kalau jadi lo gue juga minum semalaman sih, mana mas mantan married kan!” Ingin sekali Cilla tonjok si Reza ini jikalau ia baik-baik saja tadi.

Reza ialah temannya Devan. Walau semalam ia tidak hadir karena Reza baru pulang dari luar kota pagi ini.

“Gausah banyak ba--” Pintu lift terbuka dan ada Januar disana. “Urus dulu berkas itu, nanti saya cek la--” Ucapan Januar terpotong saat melihat Cilla dan Reza dihadapannya.

“Pagi pak!” Ujar Cilla dan Reza secara bersamaan. Januar hanya mengangguk dan pergi meninggalkan mereka. Cilla terdiam. Mengapa ia merasakan perasaan seperti ini?

Tidak ada seutas senyum pun yang diberikan oleh Januar. Cilla mengangguk. Tentu. Beginilah harusnya hubungan mereka. Jujur dengan Januar yang bertingkah seperti ini, Cilla jadi lebih mudah melupakan dia kan? Sebenarnya apa yang kamu harapkan, Cilla? Mengapa ia merasa seperti ini? 

“Gue denger, cewenya pak januar cakep banget..” Bisik Reza saat keduanya sudah masuk kedalam lift. Cilla memutar malas kedua bola matanya. Sepagi ini haruskah ia mendengarkan rumor mengenai kekasihnya Januar?

Reza kerap mengatakan ini dan itu yang hanya Cilla tanggapi dengan ya ya ya. “Gue duluan.” Ujar Cilla. Menghela nafas lega saat kedua kakinya sudah sampai pada lantai tempatnya bekerja.

“Pa-- lo kenapa cil?” Tanya Roni. Cilla menatap malas ke Roni. “Apa?”

“Rambut lo kaya singa, kantung mata lo bikin lo keliatan kaya ga tidur tiga hari dan wajah lo pucet. Lo sakit?” Tanya Roni. Cilla terdiam. “Hah?” Dengan cepat ia menuju kubikelnya dan mengambil cermin. Benar saja! Ia terlihat buruk! Tentu saja Januar tidak ingin menyapanya.

Rambut singa yang diciptakan oleh abang ojol yang mengebut karena kebetulan Cilla bangun telat pagi ini dan sialnya mobilnya rusak. Kantung mata yang muncul karena dirinya dan Tyas minum bersama sampai jam empat dini hari, dan wajah pucatnya yang disebabkan oleh kurang tidur dan minum terlalu banyak. Benar kata orang, alkohol membunuhmu. Bukan benar-benar membunuh, tapi Cilla merasa ia ingin melompat dari atap perusahaan karena malu telah bertemu Januar dalam keadaan seperti ini! Sial!

Cilla segera ke kamar mandi untuk merapikan penampilannya. Dilihatnya pantulan dirinya di cermin. Kemana gadis menakjubkan semalam? Helaan nafas keluar seraya dia mencuci kedua tangannya di westafel.

“Pagi-pagi uda menghela nafas aja..” Ujar Bu Amy. Cilla menoleh dan tersenyum. “Mau sarapan bareng, cil?” Tanya Bu Amy. Cilla tadinya ingin menolak tapi pilihan menu Bu Amy pada pagi ini terdengar menggiurkan.

“Mie seafood kuah pedas di seberang, oke?” Tanya Bu Amy. Cilla mengangguk cepat. Ia butuh itu! Benar-benar butuh itu!

“Oke, ayo.” Ajak Bu Amy.

“Hah.. gini baru serasa hidup aku, mba..” Ujar Cilla kembali menyendokkan kuah yang ada dihadapannya. Jika mereka sedang tidak di kantor, biasanya Cilla memanggil Bu Amy dengan sebutan Mba karena dari semua teman kerjanya, kebetulan Cilla yang paling dekat dengan Bu Amy. Bu Amy terkekeh.

Mr. & Mrs. Brijaya ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang