Cilla menyilangkan kedua tangannya di dada dengan kesal. “Kemana sih ni, Tyas?” Gumam Cilla. Lagi-lagi, ia menekan bel yang ada di sisi pintu. Karena sudah tidak sabar, Cilla memasukkan sendiri passcode apartemennya Tyas.
Keadaan apartemen Tyas membuat kedua mata Cilla hampir melompat keluar. Lagi-lagi. Ini kapal pecah part dua.
Seluruh makanan ringan, gelas-gelas soda dan bungkusan makanan terletak begitu saja di ruang tamunya Tyas. Dapurnya? Wah. Tepung berjatuhan dilantai, piring dan panci-panci kotor di westafel.
Cilla berjalan masuk menuju kamarnya Tyas. Rupanya disini sahabatnya ini. Bergelung didalam selimut dan menunjukkan tanda-tanda seolah semua hal berbahaya diluar selimut.
Cilla tidak tahu keadaan Tyas semengenaskan ini, kalau tahu, ia pasti sudah datang dari semalam. Semalam rencananya Cilla mau kesini, tapi di perjalanan pulang, ia bertemu dengan Mamanya Januar—Dewi.
Sebenarnya bukan tidak sengaja bertemu, karena sepertinya Dewi sengaja menunggunya didepan kantornya.
“Bye, Mba!” Seru Ivy dan Cici. Cilla tersenyum dan membalas ucapan Ivy dan Cici.
Cilla berjalan keluar dari gedung perusahaannya ini. Lift sedang dalam proses inspeksi makanya Cilla tidak bisa menggunakan lift untuk menuju ke basement secara langsung.
“Cilla.” Hadang Dewi mengagetkan Cilla.
“Mama?” Dewi tersenyum senang saat mendengar bagaimana Cilla memanggilnya.
Cilla menggeleng. “Maaf, Bu. Ada apa ya, Bu?” Dewi mencebikkan bibirnya mendengar Cilla meralat dirinya sendiri. Dewi menghela nafas kecil.
“Kamu punya waktu? Mama mau ngomong.” Ucap Dewi. Cilla mengangguk.
Mereka beralih menuju sebuah cafe di dekat perusahaannya Cilla.
“Kamu mau minum apa, Cil?” Tanya Dewi.
“Apa aja boleh, Bu—”
“Mama aja.” Potong Dewi. Cilla meliriknya. “Panggilnya Mama aja.” Lanjut Dewi setelah menyadari Cilla terlihat bingung.
“Iya, Ma. Mama mau minum apa? Biar Cilla aja yang pesan.” Cilla bangkit dari duduknya.
Dewi menggeleng. “Ga usah. Biar Mama aja yang pesan. Kamu duduk aja.” Ucap Dewi. Mana mungkin Cilla membiarkan hal itu?
“Gapapa, Ma. Biar Cilla aja.” Akhirnya Dewi menyerah. Memberikan pesanannya dan menatap Cilla yang berjalan menuju etalase roti-roti dan kue-kue lucu didepan sana.
Dewi tersenyum. Cilla masih sama seperti dulu. Cantik dan baik.
Cilla kembali dengan dua gelas latte dingin dan dua buah kue mini lucu.
“Apa kabar, Ma?” Buka Cilla. Dewi mengangguk.
“Baik. Kamu gimana?” Tanya Dewi.
Cilla tersenyum. “Baik, Ma.”
“Kedatangan Mama kesini.. mau minta maaf sama kamu.” Ucap Dewi. Meraih tangannya Cilla. Cilla tersenyum lembut.
“Minta maaf apa, Ma? Mama kan gaada salah apa-apa sama Cilla.” Jawab Cilla.
Dewi menggeleng cepat. “Kalau saja, malam itu Mama tidak minta Opa mengumumkan pertunangan kalian, kamu tidak akan mengalami kejadian seperti itu.” Lanjut Dewi. Cilla menggeleng dan membalas mengelus punggung tangannya Dewi.
“Kamu.. masih berhubungan dengan Janu?” Cilla merasa bersalah sebenarnya karena ia harus bersikap seakan-akan ia sudah putus dari Januar. Cilla menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. & Mrs. Brijaya ✔️
Romance[[E N D!]] Dijuluki Gadis Tangisan Aspal karena menangis seperti anak kecil di depan umum agar pria dihadapannya ini mau merelakan pacarnya membuatnya menjadi bual-bualan dan meme nasional. Hah? Maksudnya? Cecilla Kinanti. Gadis berumur dua puluh...