Dion meminta supir pengganti untuk mengantarnya dan Cilla. Mobilnya Cilla akan dititipkan disini dulu sementara ia pulang dengan mobilnya bersama dengan Cilla.
Dion sudah mengirim anggotanya yang lain dengan taksi.
Disinilah Dion. Menurunkan Cilla didepan apartemen wanita ini. "Tunggu sebentar ya pak." Ujar Dion. Cilla membuka pintu mobil dan berlari menuju pintu masuk apartemennya.
Cilla berjongkok disana, membuat Dion mendekatinya. "Cilla, ayok masuk." Ujar Dion. Cilla menggeleng.
"Kenapa?" Tanya Dion.
"Saya disini aja. Mau nunggu pak januar." Jawab Cilla. Dion tersenyum tipis.
"Ini uda jam sebelas, cilla." Ucap Dion. Cilla mendongakkan kepalanya. Ia bangkit secara tiba-tiba dan menunjuk-nunjuk Dion. She's drunk.
"Pak! Kok pak januar ga kesini sih? Biasa juga kesini!" Cilla menatap Dion kesal. Eum rupanya Januar setiap malam kesini?
"Kenapa ga datang ya? Katanya cinta." Lanjut Cilla. Dion terkekeh kecil. Cilla ternyata sesuka ini kepada Januar. Bahkan di ambang kesadarannya saja, wanita ini kerap mencari Januar.
"Kenapa pak?! Jawab!" Teriak Cilla mendadak meledak. Wanita ini menangis mengagetkan Dion. "Eh eh? Kenapa?" Cilla memukul-mukul Dion sampai Dion membawa Cilla kedalam pelukannya agar Cilla berhenti memukulnya. Dion yakin Cilla akan sangat malu untuk bertemu dengannya besok.
"Kenapa.. Kena-hiks-pa.. Kenapaaaaaa!!! Heuk!"Teriak Cilla menangis sembari cegukan. Dion menutup matanya dan berusaha menahan tawanya. Ya mana tau Dion. Memang Dion itu Januar?
Sekitar dua puluh satu menit Cilla menangis. Setelah akhirnya tenang, Dion membawanya masuk. Dion tidak masuk kedalam unitnya tentu saja. Hanya melihat dari depan pintu setelah Cilla menekan passcode dan masuk kedalam. Setelah Cilla masuk, Dion pulang.
"Pagi mba!" Sapa mereka saat Cilla melangkah masuk di lantai tempatnya bekerja ini. Panggilan "Bu" mereka telah berganti ke "Mba" setelah makan malam tim semalam. Kata Cilla biar lebih akrab.
"Pagi semua." Cilla melirik Alex yang memalingkan tatapannya. Cilla tersenyum tipis. Mendekati meja Alex dan menyerahkan sebelas lembar uang bernilai seratus ribu rupiah.
Orang-orang yang melihat ini tentu bisa salah paham tapi tidak yang ikut makan dengan mereka semalam karena memang sudah kebiasaan si Alex. Kalau mabuk, dia bagi-bagi duit. Nah baru kali ini duitnya dibalikkin. Biasanya mah pada pura-pura gatau.
"Mba.." Gumam Alex terharu.
Cilla tertawa. "Kenapa?" Tanya Cilla. Alex menggeleng dan meraih sodoran uang tersebut. "Makasih ya mba, nanti saya traktir deh." Cilla tersenyum manis. "Bener ya?" Alex mengangguk dan melirik Cilla yang berjalan masuk ke ruangannya.
"Aduh.. Mba cilla baik banget. Hah.." Alex menyiumi sebelas lembar uang seratus ribu tersebut.
"Jangan berharap banyak, lex. Mantan beliau anaknya brijaya, dan beliaunya sendiri anak pemilik perusahaan tempat kita jadi budak ini." Ini celetuk Gita. Sialan Gita ini. Memang harus sekali membuatnya merasakan perbedaan yang jelas diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. & Mrs. Brijaya ✔️
Romance[[E N D!]] Dijuluki Gadis Tangisan Aspal karena menangis seperti anak kecil di depan umum agar pria dihadapannya ini mau merelakan pacarnya membuatnya menjadi bual-bualan dan meme nasional. Hah? Maksudnya? Cecilla Kinanti. Gadis berumur dua puluh...