"Lo berdua lagi deket, ya?" Gema menimbrung.
"iy-
"Enggak." Rey kembali memotong ucapan Nana.
Ucapan Rey berhasil membuat Nana syok. Harapannya bersama Rey benar-benar sangat sedikit. Ia kira, dirinya akan menjadi teman terdekat cowo itu dan di akui kalau dirinya tengah dekat dengan Rey. Selama ini, Nana sama sekali tak ada pikiran untuk tidak memberikan kabar tentangnya dan bertanya soal keadaan Rey lewat pesan chat. Nana kira, semakin rajin ia untuk mengirimkan pesan pada cowo itu, semakin dekat pula hubungannya dengan Rey. Nmaun, kini ia benar-benar mendengar sangat jelas apa yang Rey katakan.
"Lo kenapa Na?" tanya Gema bingung, sedikit aneh melihat raut wajah merengut Nana.
"Ah enggak, gak apa-apa." Nana tersenyum tipis.
"Kasian banget temen gue. Daridulu kagak berhasil dapetin kak Rey..." Queen berucap dalam hatinya, merasa iba melihat raut wajah Nana.
"Betewe, lo beneran udah kelar terapi?" tanya Nathan pada Rey.
Rey mengangguk cepat. "Katanya siang?" ujar Rayen yang ingat jadwal terapi Rey.
"Iya, tadi tiba-tiba di percepat. Gue juga gak tau."
"Dan lo lebih milih ditemeni Nana dibandingkan kita?" sahut Rayen tajam.
"Gak gitu. Gue aja kaget tiba-tiba Nana datang dan katanya mau nemeni gue terapi, setelah beberapa menit dia chat gue buat nanyain jadwal terapi." jelas Rey.
•••
Waktu terus berjalan dan hari terus berganti dengan cepatnya. Rey mulai sembuh dari sakitnya, dan kakinya berangsur membaik, cara Rey berjalan sudah normal kembali tanpa harus dibantu oleh tongkat. Tidur di rumah sakit selama seminggu tentunya membuat cowo bernama lengkap Rey Angkasa Pratama itu merasa jenuh. Sehari Rey hendak pulang ke rumah, kedua orang tuanya kembali ke tanah air setelah diberi kabar oleh Rey sendiri. Awalnya Rey tdak ingin memberitahukan kabarnya pada Mama dan Papanya, tetapi karena orang tuanya yang curiga dengan keberadaannya di rumah sakit, membuat dirinya harus mengatakan yang sebenarnya.
Orang tua Rey tengah melakukan pekerjaan di London, yang pulangnya sangat tidak menentu. Karena terlalu sering pergi keluar negeri, membuat Rey tinggal di rumah hanya di temani pembantu dan penjaga rumah. Rayen juga di minta bantuan oleh Mama Rey untuk dapat menjaga Rey, karena wanita itu tau kalau anaknya sangat suka kelayapan keluar untuk balapan. Wanita itu hanya tak ingin anaknya terluka. Tetapi, yang namanya laki-laki, tentu tak bisa di beri peringatan. Prinsipnya seperti larangan adalah perintah. Walau sudah dilarang untuk tidak balapan, Rey akan tetap balapan. Dan sekarang terjadilah, karma menimpa Rey. Harus merasakan patah kaki akibat balapan dan melanggar larangan sang Mama.
Berbeda dengan Rey yang sudah hendak kembali masuk ke sekolah, justru kini bergantian dengan Calista yang tak hadir tanpa kabar. Sudah hampir seminggu gadis itu tak menampakkan diri di sekolah, bahkan di kirim chat oleh Rayen pun, ia tak menjawab justru malah tidak aktif. Semua sahabatnya begitu sangat khawatir dengan Calista, tak tahu dimana keberadaan Calista sekarang. Memberikan kabar lewat surat ke sekolah saja tak ada. Lantas, kemana gadis itu? Terakhir Calista sekolah adalah hari dimana saat ia diajak untuk ke rumah sakit, menemani Rey terapi.
"Udah coba lo chat?"
seorang cowo berperawakan tinggi berkulit putih yang duduk di samping Rayen pada sofa ruang tamu apartement Rayen itu bertanya pada laki-laki pemilik apartement tersebut, setelah laki-laki itu bercerita soal Calista yang menghilang tanpa kabar.
Rayen berangguk cepat. "Udah. Tapi gak dibalas." jawabnya.
"Gak lo telpon?"
"Gak di angkat."
KAMU SEDANG MEMBACA
FIVE RICH BOY
Teen FictionMelihat kedatangan mobil mewah dan motor sport setiap paginya sudah menjadi hal biasa di mata anak-anak Exavier Hight School. 5 remaja cowo tampan menjadi satu-satunya murid famous di sekolah dan banyak memiliki penggemar. Namun, satu di antaranya m...