Hamparan kota Jakarta terpampang jelas di kedua mata milik Calista, yang saat ini tengah duduk di bangku restoran lantai atas bagian balkon yang dia kunjungi bersama Rayen. Dua puluh menit yang lalu mereka sampai pada restoran bintang lima yang terletak cukup jauh dari rumah Calista dan jujur ini kali pertamanya Calista duduk dan menikmati suasana di restoran megah ini. Pandangan Calista menatap ke jalanan yang cukup ramai walau hari sudah malam. Sedangkan Rayen, cowo itu pergi ke meja pemesanan di restoran tersebut dan memang ia yang meminta Calista untuk duduk dan menunggu sebentar.
Sejujurnya Calista tak tahu maksud dan tujuan Rayen untuk mengajaknya ke restoran ini. Lagi pula ia tak ingin berharap tinggi as lebih.
"Lama banget sih tu cowo!" dumel Calista mulai jenuh. Pasalnya dia sudah menunggu Rayen cukup lama dan cowo itu sama sekali belum beranjak dari meja pemesanan.
Pandangan Calista mengedar beberapa saat setelah mendumeli Rayen. Ia menatap ke arah salah satu tamu restoran yang nampaknya someone tersebut memasang wajah lesu dan melamun. Karena merasa iba dan kebetulan someone tersebut adalah perempuan, dengan keberaniannya Calista langsung beranjak dari tempatnya, menghampiri perempuan cantik dengan rambut yang di gerai pada jarak yang tidak begitu jauh.
"Misi. Boleh gue duduk di sini?" tanya Calista sopan.
Perempuan itu langsung melihat ke arah Calista sesaat ia masih fokus melamun. "Oh iya boleh." katanya dan langsung diberi senyuman oleh Calista sembari mulai duduk pada kursi di depan perempuan tersebut.
"Daritadi gue liat, lo melamun. Ada apa, lo baik-baik aja kan?" tanya Calista membuka suara.
"Gue gak papa, kok."
Calista tersenyum. "Kalau lo gak mau cerita, yaudah gak papa. Wajar kok, lo gak mau cerita, soalnya kan kita baru ketemu dan maaf kalau gue lancang." jelasnya.
Perempuan itu tersenyum. "Iya gak papa. Makasih udah perhatian." ujar perempuan tersebut.
"Ngomong-ngomong lo sendirian?" perempuan itu mengangguk sekali.
"Maaf. Kalau gue boleh kasih saran, lo jangan terlalu lama untuk merenungi nasib hidup lo. Gue gak tau whats your problem, but... apapun masalah lo, i'm sure you can handle it."
"Lo kok baik banget?" tanya perempuan itu.
Calista tersenyum kembali. "Lo boleh ngira gue baik, tapi jangan sepenuhnya lo ngerasa gue baik karena bisa jadi gue jahat di belakang lo. Kita gak bisa menyimpulkan orang itu baik hanya dari covernya, kita juga harus tau dalamnya." bijak Calista yang berhasil membuat perempuan itu kagum.
"Tapi gue yakin lo orang baik."
"Oh iya, lo orang mana?" tanya perempuan tersebut.
"Orang susah." jawab Calista polos dan malah di ketawain oleh perempuan itu.
Calista tersenyum sumringah melihat itu. "Nah gitu dong, ketawa. Kan bagus di liatnya." tutur Calista.
"Jangan sedih-sedih lagi, ya." lanjutnya.
"Bisa aja lo. Betewe makasih banyak, ya."
"Ekhem..."
Suara deheman berhasil mengalihkan pembicaraan keduanya. Langsung mereka bersamaan menoleh ke asal sumber suara. Menampakkan laki-laki tampan nan gagah dengan kulit putih bersih yang berhasil menyilaukan mata, jakun yang begitu kokoh, manik mata yang indah, rambut belah tengah, dan bibir berwarna merah muda, terlihat begitu sangat sempurna sekali laki-laki itu. Tak lupa dengan pakaian yang masih mengenakan seragam Xavier Hight School.
"Balik." ujar laki-laki itu menatap Calista dingin dengan tangan kanan yang membawa bungkusan plastik yan sepertinya itu adalah pesanannya dan tangan kiri yang masuk ke dalam saku celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIVE RICH BOY
Teen FictionMelihat kedatangan mobil mewah dan motor sport setiap paginya sudah menjadi hal biasa di mata anak-anak Exavier Hight School. 5 remaja cowo tampan menjadi satu-satunya murid famous di sekolah dan banyak memiliki penggemar. Namun, satu di antaranya m...