6. Physical Touch

1.6K 71 3
                                    

"Kak.... kok bisa kecelakaan gini sih?" tanya Nana.

Setengah jam telah berlalu dan sekarang Rey dipindahkan pada ruang rawat inap VIP dengan kaki kanannya yang di perban serta diberi penyangga patah tulang dan di gantung pada sebuah tali yang terletak di pinggiran ranjang rumah sakit.

"Nana?" kaget Rey yang tiba-tiba terdapat Nana di sampingnya dan memegang lengan kanannya.

"Kenapa kakak bisa kecelakaan?!"

"Gue gak apa-apa, kok."

"Gak apa-apa gimana? Kaki kakak patah, loh..." ujar Nana.

"Kenapa lo keliatan khawatir banget gitu sama gue?" Nana terdiam. Ia baru sadar dengan apa yang telah ia lakukan. Datang ke ruangan Rey dan langsung memegang tangan cowo itu kemudian bertanya dengan nada begitu sangat kekhawatir, tentunya tak heran jika Rey bertaya seperti itu padanya. Sebab, bagaimana pun juga cowo di depannya sekarang sama sekali belum tau soal perasaan Nana terhadapnya.

Nana spontan melepaskan tautan tangannya, sedangkan anak-anak yang lain hanya bisa memperhatikan dari belakang Nana tanpa satu pun dari mereka yang mengeluarkan suara.

"Eeee... anu apa. G-gue kan adik kelas kakak, juga kita udah lumayan deket karena temen gue sama temen kakak punya hubungan. Jadi wajar kan kalau gue khawatir sama lo, kak" ngeles Nana yang tak lagi dipikirkannya itu masuk akal atau tidak. Sedangkan Rey yag mendengar itu hanya berangguk ria saja.

"Jangan percaya, dia bohong." bisik Queen pada kekasihnya, Alvaro. Saat telinga mendengar jawaban ngeles Nana.

"Hah? Jangan bilang kalau Nana suka sama Rey?" tanya Alvaro yang di angguki spontan oleh Queen.

"APA?!" kagetnya dengan suara besar dan spontan Queen menutup mulutnya pakai tangannya.

"Ssstttt jangan kenceng-kenceng, ntar Nana denger. Bisa berabe nanti."

"Ya bagus dong. Biar Rey sekalian tau."

"Ihhhh jangan!"

"Kenapa jangan?"

"Jangan deh pokonya."

"Hmm terserah kamu deh..." final cowo itu.

Kembali pada Nana dan Rey yang nampak serasi di depan Rayen dan yag lainnya. "Berarti besok kakak gak sekolah, dong?" tanya Nana yang dibalas anggukan kepala oleh Rey. "Iya, untuk sementara waktu gue libur dulu." jawaban cowo itu.

"Yahhhh... rich boy pasti bakal sepi banget gak ada kakak."

"Rich boy gak ngaruh sepi maupun ramenya karena gue. Tapi rich boy bakal sepi kalau gak ada Nathan sama Gema. Gak ada pun salah satu dari mereka yang misalnya hanya ada Nathan atau sebaliknya, itu sama sekali gak buat rich boy sepi."

"Karena keramaian dan solidaritas rich boy ada di mereka. Mereka yang selalu menghidupkan suasana." lanjut Rey yang sedikit melirik ke arah Nathan dan Gema yang kini terlihat memasang wajah serius dari biasanya yang kadang berwajah konyol.

"Kak, cepet sembuh ya."

"Iya. Makasih ya, Na." senyum Rey sembari mengelus puncak kepala Nana yang membuat gadis itu diam membeku.

"Kak Rey ngelus kepala gue? Demi apa? Huaaaaa gue salting berat....!" tutur Nana dalam hati.

"Anjir di elus gak tuh."

"Sialan gue baper." sahut Queen menimpali ucapan Gema.

"Mencium bau-bau bakal jadian." tutur Alvaro terkekeh.

"K-kak, Nana ke toilet bentar ya." Nana bergerak menjauh dari Rey dan segera masuk ke dalam toilet di ruangan kamar Rey. Queen dan Kia yang melihat itu tersenyum dan tertawa pelan, sebab mereka tau apa yang akan Nana lakukan di dalam toilet. Pasti gadis itu ingin mengeluarkan rasa saltingnya yang tak mungkin ia tunjukkan di depan Rey maupun anak-anak cowo yang lain.

FIVE RICH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang