Malam yang telah berganti menjadi pagi, Rayen memacu langkah kakinya di koridor rumah sakit seusai membeli makanan untuk sarapan pagi di kantin rumah sakit.
CEKLEK...
Knop pintu dibuka oleh cowo itu dan memperlihatkan Calista di dalam ruangan kamar bersama dengan seorang dokter perempuan berambut hitam pekat yang panjang. Rayen yang melihat adanya keberadaan dokter bersama Calista pun, ia langsung mendekatkan diri kesana.
Sesampainya di dekat brankar Calista, Rayen menaruh bungkusan plastik makanannya di atas meja samping brankar. "Gimana keadaannya sekarang, dok?" tanya cowo itu.
"Keadaan Calista sudah semakin membaik, hanya saja untuk lukanya tinggal nunggu mengering dan sedikit memudar. Kalau tidak ada merasakan apapun lagi, nanti sore sudah boleh pulang." jelas sang dokter, pemilik kulit putih nan tinggi serta hidung yang mancung.
"Oh gitu ya, dok."
"Tapi, saya sarankan untuk makanan Calista, harus diperhatikan. Jangan memakan makanan pedas, karena Calista memiliki asam lambung. Juga jangan terlalu stres pikirannya."
"Iya dok, saya akan memperhatikan makannya."
Dokter tersebut tersenyum dan mengangguk ke arah Rayen kemudian beralih ke Calista. "Kalau begitu saya permisi." katanya yang di angguki oleh Rayen, lalu kemudian wanita cantik bergelar dokter itu melangkah pergi dari kamar inap Calista.
"Nih, makan." Rayen mengambil bungkusan makanan tadi dan diberikan oleh Calista.
Calista bergeleng cepat." Gak selera." katanya.
"Gak peduli mau selera atau enggak. Lo harus makan, lo punya lambung." ujar Rayen.
"Ya emang gue punya lambung lah gila. Kalau gue gak punya lambung, selama ini makanan yang gue makan di cerna dimana?!"
"Aneh lu." lanjutnya sinis.
"Ck...! gak gitu maksud gue. Udah cepetan makan, gak usah banyak drama." kesal Rayen berdecak.
"Gue gak mau makan, kak..."
Rayen mulai kesal. Cowo itu kembali berdecak seraya membuka bungkusan makanan lalu mengambil sendok di atas meja kemudian dia sodorkan nasi gurih itu ke depan mulut Calista.
"Buka mulut lo..." ucap Rayen.
"Udah gue bilang, gue gak mau makan..."
"Kebanyakan ngomong lo!" seru Rayen seraya menyodorkan paksa sesendok nasi gurih itu ke dalam mulut Calista. Cewe itu syok dan membelalakkan matanya.
"Kunyah! Awas kalau lo keluarin nasinya." ujar Rayen puas saat nasi sudah berada didalam mulut Calista.
Calista tak lagi dapat berbuat apapu. Nasi sudah berada didalam mulutnya, mau tak mau harus ia kunyah. Bohong kalau dirinya tak lapar. Hanya saja ia kemakan gengsi.
"Kunyah yang cepet."
"Lo kira mulut gue mesin cor-coran?!" seru Calista.
"Lo sakit masih aja nyerocos. Puasa ngomel kek lu..!" kesel Rayen.
"Suka-suka gue lah. Sirik amat lu ayam kalkun."
"Jangan banyak bacot. Nih a'!" Rayen kembali menyodorkan sesuap nasi pada Calista.
Tepat pagi ini, Calista resmi di suapi oleh seorang Rayen Andera meski di hiasi dengan suara mulut yang terus beradu. Meski begitu, tak membuat cowo pemilik nama belakang Andera itu menyerah untuk menyuapkan Calista, justru dia berhasil membuat Calista menghabiskan nasi gurihnya.
Beberapa menit kemudian, drama sarapan telah selesai. Sekarang Rayen menyibukkan diri untuk memainkan ponselnya diatas sofa dan Calista yang juga sibuk mengotak-ngatik ponsel barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIVE RICH BOY
Roman pour AdolescentsMelihat kedatangan mobil mewah dan motor sport setiap paginya sudah menjadi hal biasa di mata anak-anak Exavier Hight School. 5 remaja cowo tampan menjadi satu-satunya murid famous di sekolah dan banyak memiliki penggemar. Namun, satu di antaranya m...