70. Perempuan gila

516 32 11
                                    

"Sini aku bukain." Rayen mengulurkan tangannya ke arah helm yang Calista kenakan.

Sekarang mereka berada di parkiran sekolah dan sangat baru-baru saja tiba disana dan Calista langsung turun dari atas motor Rayen kemudian hendak melepaskan helm, tetapi gadis itu sedikit kesusahan. Untungnya Rayen sangat peka, kemudian langsung membantu Calista membuka kunci helm.

"Makasih." ucap cewe itu saat helm berhasil dilepaskan dari tautan kepalanya.

Rayen tersenyum lebar. "Sama-sama." jawabnya kemudian turun dari atas motor saat helm full face telah dibuka.

"Yuk!" ajak Calista.

"Bentar sayang."

"Kenapa?" dahi Calista berkerut.

"Pulang sekolah kamu ada waktu kan?"

Calista mengangguk sekali. "Ya ada dong... kenapa emangnya?" tanya gadis itu balik.

"Bagus deh. Soalnya bunda minta kamu datang ke rumah."

"Dalam rangka?"

Rayen mendekatkan mulutnya di depan telinga Calista. "Kangen sama mantu." bisik cowo itu kemudian mengibrit lari meninggalkan Calista.

Calista yang mendengar itu justru masih terdiam di tempat, dia membeku. Apakah benar yang dikatakan oleh Rayen? Jika benar, apakah ini sebuah hidayah atas pengorbanan dan rasa sabarnya selama ini? Oh tidak! Calista hampir melayang.

"Hei! Mau disitu aja sampe kapan? Ayo masuk!" teriak Rayen terkekeh saat sadar kekasihnya masih membeku di tempat.

Calista mengedarkan pandangannya dan langsung menyusul Rayen.

"Diem aja, kenapa, salting?" ledek Rayen. Kini mereka telah kembali bersampingan dan melanjutkan langkah mereka menuju kelas.

"Enggak." jawab Calista singkat.

"Masa?"

"Awas ih..." pekik Calista menyingkirkan wajah Rayen yang tiba-tiba muncul di depan wajahnya.

"Kamu salting kan, iya kan? ngaku!" Rayen terus saja menggoda kekasihnya itu sembari dengan langkah kaki yang masih melanjutkan perjalanan di koridor.

"Enggak! siapa yang salting..." seru Calista.

"Jujur aja kenapa sih, sayang..."

Calista menghela napas dan menghentikan langkahnya. Gadis itu menatap Rayen dingin, tetapi sang empu yang di tatap seperti itu sama sekali tidak ada rasa takut, justru dia semakin tertawa pelan.

"Aku.gak.salting!" Calista mengatakannya dengan menekan setiap kata.

Rayen tersenyum dan sedikit membungkuk, untuk mensejajarkan tingginya dengan Calista.

"Kalau salting juga gak papa. Lagian aku juga bakal salting kalau misalnya om Dimas minta aku sering ke rumah." ujarnya seraya menoel hidung Calista kemudian kembali menegakkan tubuhnya.

"Kamu gak di suruh ke rumah pun, juga tetap bakal datang sendirinya." seru gadis itu yang membuka Rayen diam menyengir dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Wedeh... mentang-mentang udah balikan, pagi-pagi udah ngumbar kemesraan!"

Seseorang tiba-tiba datang dari arah ujung koridor bagian belakang tubuh Rayen dan Calista. Mendengar itu sontak membuat keduanya terkejut dan secara bersamaan melihat ke rumah suara. Sesosok Nathan dan Gema yang nyatanya menjadi tersangka someone tadi.

"Kalian..?" ucap Calista.

"Pagi Cal!" sapa Gema menaikkan kedua alisnya dan tersenyum.

Calista menyengir. "Pagi, kak." jawabnya.

FIVE RICH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang