49. Papa

640 40 15
                                    

Calista melangkahkan kakinya memasuki area halaman rumahnya seusai melihat kepergian sebuah mobil alpart hitam telah berjalan pergi menjauhi rumahnya, dimana didalam mobil itu terdapat Queen dan Kia beserta supir pribadi Queen.

Dengan santainya Calista berjalan dengan senyuman yang always terukir di wajah cantiknya. Tetapi, seketika raut wajahnya berubah datar dan senyumannya yang memudar dalam hitungan detik, dikala manik matanya menangkap sosok Satria yang berdiri di hadapannya dengan laki-laki itu yang membawa beberapa barang, dan sebuah koper.

Laki-laki dengan memakai jacket denim itu menatap tajam mata Calista, tetapi Calista sama sekali tak memedulikan tatapan mata itu. Tidak menyeramkan, pikir Calista.

Beberapa detik saling lempar pandangan, akhirnya Satria melepas tatapannya dengan Calista kemudian berjalan melewati gadis itu. Calista sama sekali tidak bergerak dari tempatnya dengan mata yang terus mengikuti arah pergerakan Satria yang berjalan melintas di depannya. Satria menghentikan langkah kakinya dikala sadar bahwa Calista telah berbalik badan hanya untuk melihat dirinya, lantas cowo itu pun menghela napas gusar seraya berdiri sempurna di depan Calista.

"Ini semua gara-gara lo! Kalau mulut lo gak jabir, nyokap gue gak akan dicerain sama bokap lo yang pelit itu!" kalimat yang keluar dari Satria, berhasil membuat Calista naik darah.

Calista mendelik dan berjalan mendekati laki-laki nyebelin di depannya. "JAGA YA UCAPAN LO!" ketus Calista dengan jari telunjuk yang menunjuk kasar Satria.

"Kalau bokap gue pelit, gak mungkin nyokap lo bisa hidup enak selama ini. Lo gak mungkin bisa beli barang yang lo mau lewat nyokap lo, itu!" lanjut Calista menjelaskan dengan nada tingginya bahkan tanpa titik dan koma. Mendengar itu membuat Satria tertegun. Ia tak menyangka kalau gadis di depannya akan bersuara lantang dan mulus tanpa berbelit-belit.

"Nyokap lo di ceraiin? bagus dong, karena gue gak mau punya nyokap biadap dan saudara tiri stress yang gila harta kayak lo!" final Calista.

"Mulut lo kayak gak di sekolahin ya..." ujar Satria.

"MULUT LO YANG GAK DISEKOLAHIN!" sungut Calista nada tinggi.

Satria menjatuhkan tas ransel di pundaknya dan menaruh asal koper hijau tosca itu di atas paving blok, kemudian berjalan mendekati Calista dengan tatapan tajamnya. "Lo kira gue mau punya adek tiri kayak lo? cih...! ENGGAK SAMA SEKALI...." tuturnya.

"Gue juga ogah! Udah sana lo pergi, enek gue liat muka lo. Kalau ganteng tadi gak papa, lah ini mirip pantat bab*." sungut Calista frontal.

"Sopan lo ngomong gitu?"

"Sopan kalau sama lo..." Calista tersenyum evil ke arah Satria sebelum akhirnya mengibaskan rambut panjangnya ke arah wajah cowo itu kemudian berjalan memasuki rumah.

Satria menatap tajam kepergian Calista. Dia masih berdiam diri di tempatnya dengan rasa dendam dan kekesalan yang menyelimuti dirinya. Sesekali terdengar decakan keluar dari mulut cowo itu sebelum akhirnnya dia bergegas pergi meninggalkan kediaman keluarga Dimas, tak lupa membawa koper dan ransel itu dimana isinya terdapat pakaian serta seluruh keperluan lainnya milik sang Mama, Karina.

Pagi menjelang siang tadi, Satria diminta Karina untuk membereskan semua barang yang ada di rumah Calista setelah wanita itu telah resmi menandatangani surat keputusan pengadilan atas perceraiannya dengan Dimas. Pagi-pagi sekali Dimas pergi ke rumah sakit untuk membawakan surat perceraian itu setelah kemarin dia benar-benar pergi ke pengadilan. Dan sekarang, Papa Calista resmi bercerai dengan seorang wanita yang hampir merebut seluruh kebahagiaannya.

Calista melempar tubuhnya ke atas kasur setelah berhasil berjalan melewati ruang tamu, menaiki tangga sampai tiba di lantai dua dan dia sama sekali tidak menemukan keberadaan Dimas. Calista berpikir jika Papanya itu belum pulang dari kantor.

FIVE RICH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang