"Ngapain disini?" tanya Calista.
Yaps, gadis yang di bawa seseorang dari tengah lapangan tadi adalah Calista. Dan sesosok tersangka yang membawanya sampai ke rooftop ialah, cowo pemilik nama lengkap Rayen Andera.
Rayen diam dan berjalan beberapa langkah ke depan dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya, sedangkan Calista hanya diam dan terus memandang heran kakak kelasnya itu yang tiba-tiba menarik dan membawanya ke rooftop.
"Lo dihukum?" tanya Rayen seraya berbalik badan ke arah Calista.
"Tau dari siapa? Oh, pasti tau dari dua temen lo itu, kan?" Calista balik nanya.
"Siapa yang ngehukum, lo?" kali keduanya Rayen bertanya sembari berjalan mendekati Calista.
"Kenapa gue harus jawab pertanyaan lo? Bukan urusan lo juga kalau gue dihukum."
"Bisa stop manggil gue dengan sebutan Lo?" Rayen mulai memasang wajah sangarnya seraya melepaskan tautan tangannya dari dalam saku celana seragamnya.
Calista yang tak mau kalah pun ikutan menunjukkan wajah menantang. "Kenapa, gak suka?" tanya gadis itu tanpa takut.
"Sopan sikit, gue kakak kelas lo."
"Oh aja sih gue."
"Siapa sih orang tua lo? Gak di ajari sopan santun atau gimana?!" Rayen mulai naik pitam.
"Gak usah bawa-bawa orang tua juga kali!" Calista emosi, di dorongnya Rayen ke belakang sedikit kuat namun tak membuat Rayen jatuh karena cowo itu menahan tubuhnya sekuat tenaga.
Rayen tertawa kecil di barengin dengan smirk-nya. "Marah?" tanya Rayen tanpa berdosa.
"Lo kalau gak suka gue, yaudah. Tapi jangan bawa orang tua gue!"
Rayen yang mendengar hanya diam tanpa bersuara. Cowo itu bersedekap dada dan semakin mendekatkan dirinya pada Calista dengan ekspresi yang mengitu sangat mengesalkan bagi gadis di depannya. Mungkin, jika Calista tak memiliki hati nurani dan perasaan, wajah Rayen sudah di tonjok kuat karena saking geram dan mengjengkelkannya.
"Mana sarapan gue?"
Pertanyaan kembali terlontar dari mulut Rayen. Tapi, untuk pertanyaan kali ini gadis itu tak bisa menjawab. Mulutnya terbungkam. Apa yang harus Calista jawab? Ia lupa membuatkan dan membawakan makanan sarapan untuk Rayen.
"Kenapa diem, hmmm...?" tanya Rayen lagi yang kini matanya benar-benar begitu dekat dengan Calista, hingga membuat gadis itu gelagapan.
"Hitungan ketiga lo masih diem juga-
"Gue lupa. Jadi gak gue bawa." belum selesai Rayen mengatakan ucapannya, Calista lebih dulu memotong.
Rayen diam dan tersenyum evil seraya menjauhkan wajahnya dari Calista. Tangannya masih setia bersedekap dada dan menatap Calista penuh amarah.
"Lupa, atau gak sempat karena kesiangan, hmmm...?"
"D-duanya." jawab Calista gugup dan sama sekali tak berani untuk menatap manik mata tajam kakak kelas di depannya.
"Thanks udah ngerjain tugas gue." ucap Rayen tiba-tiba.
"Tau ngucap makasih juga, ni cowo?" tutur Calista dalam hati.
"Iya, sama-sama."
"Tapi lo jangan senang dulu. Tugas gue belum di periksa sama guru. Kalau nanti ada yang salah, ada hukuman menunggu buat lo. Satu salah, satu hukuman. Lima salah, lima hukuman." lanjut Rayen tersenyum smirk.
Calista dibuat kaget. Baru saja ia hampir kagum dengan Rayen yang masih bersedia untuk mengucapkan kata terima kasih. Tapi kini, cowo itu justru malah semakin sangat mengesalkan bahkan hampir melebihi rasa kesalnya pada Karina. Calista mendegus kesal dan menyorot Rayen tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIVE RICH BOY
Teen FictionMelihat kedatangan mobil mewah dan motor sport setiap paginya sudah menjadi hal biasa di mata anak-anak Exavier Hight School. 5 remaja cowo tampan menjadi satu-satunya murid famous di sekolah dan banyak memiliki penggemar. Namun, satu di antaranya m...