59. Belajar Melupakan

609 44 4
                                    

Lima menit berlalu tetapi Dimas masih belum menunjukkan tanda-tanda kemunculannya. Hingga sebuah mobil hitam tiba-tiba berhenti di depan halte dan seseorang dari dalam sana keluar menggunakan payung, menghampiri Calista di halte.

Gadis itu mengernyitkan dahinya. Pikirannya bertanya-tanya, siapa sosok misterius di bawah payung bening putih itu? Matanya terus mengerjab, tetapi tetap tidak terlalu jelas melihat wajah someone itu karena faktor awan mendung yang membuat sekitar terlihat gelap.

Calista berjalan mundur seiring dengan langkah kaki sosok misterius yang semakin dekat dengannya. Salivanya di telan susah payah, benar-benar sangat menyeramkan sosok itu di mata Calista. Pakaian jaket hitam, celana seragam Exavier, sepatu putih dan mata yang tertutup dengan rambut yang tebal.

"L-lo siapa?" tanya Calista ragu.

Sosok misterius berkelamin laki-laki itu menjatuhkan payungnya di bawah dengan rambut depannya yang ikut jatuh seiring kepalanya yang menunduk sebelum akhirnya berdiri tegak menatap Calista.

"LO?!" kaget Calista saat tahu laki-laki misterius di depannya itu adalah... Rayen.

"Kenapa belum pulang?" tanya Rayen.

"Bukan urusan lo." Calista menatap sinis cowo itu.

"Aku antar pulang, ya..." tawar Rayen.

Calista meliriknya sekilas. "Gak perlu." jawabnya sinis.

"Hujan Cal..."

"Tau gue...!"

"Terus? Udah ayo, aku antar pulang." Rayen meraih tangan kanan Calista.

"Gue gak mau!" gadis itu melepas paksa genggaman mantan kekasihnya itu.

Rayen berhembus gusar. Apa yang harus dirinya lakukan untuk membujuk Calista agar gadis itu mau pulang bersama dengannya?

Duarrrr.....!

Suara gluduk terdengar menggelegar yang membuat kedua bahu Calista naik ke atas secara bersamaan, karena faktor gadis itu terkejut. Tanpa sadar, detak jantungnya berdegup kencang setelah mendengar suara guntur yang keras beriringan dengan cahaya putih mengkilap.

Rayen menyadari perubahan wajah Calista. Begitu terlihat raut wajah gadis itu yang gelisah dan tubuh yang gemetar. Tanpa aba-aba, langsung saja Rayen melepaskan jaketnya untuk dikenakan pada Calista, kemudian dia membawa tubuh gadis itu ke dalam dekapannya. Tentu aksinya ini membuat Calista terkejut.

"Jangan takut. Ada aku disini." tutur Rayen yang mengusap punggung Calista dalam dekapannya.

"Pulang sama aku, ya...?" tawarnya lagi tanpa menyerah.

Calista masih diam dalam dekapan Rayen. Ia akui, dirinya sudah lebih terasa hangat dan rasa takut perlahan menghilang setelah mendapatkan pelukan dari Rayen.

"Pelukan ini. Gue kangen banget sama pelukan ini." Calista bersuara dalam hati dengan menahan tangisnya.

Rayen menundukkan kepalanya untuk melihat wajah cantik Calista yang tersimpan di depan dada bidangnya. "Kita pulang, ya?" ucapnya.

Beberapa detik menunggu jawaban, tetap saja Calista diam. Rayen tak tinggal diam, dia langsung mentitah gadis itu untuk berjalan menuju mobilnya, tak lupa pula mengambil payung yang ia taruh dibawah tadi.

Calista menurut. Dia terus berada di dalam dekapan Rayen seraya berjalan mengikuti langkah kaki Rayen menuju mobil.

Sekarang sepasang kekasih yang kini telah menjadi mantan itu telah berada di dalam mobil yang sama dengan Calista yang terduduk diam melamun di bangku samping kemudi. Rayen melihat sekilas ke arah Calista sebelum akhirnya menghidupkan mesin mobil dan melajukannya dengan kecepatan rata-rata.

FIVE RICH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang