13. "Dimana Nana?"

1.3K 77 27
                                    

"Yuk balik."

Alvaro datang ke kelas Queen, bersamaan dengan ketiga sahabatnya, Rayen, Nathan dan Gema. Queen yang sejak tadi berdiri di depan kelas bersama dengan Kia dan Calista pun langsung dikejutkan dengan kehadiran rich boy.

Alvaro, Rayen, Nathan dan Gema mengerutkan dahi mereka bersamaan saat mata mereka melihat raut wajah khawatir dan bingung di anak cewe. Bahkan mereka baru tersadar bahwa tidak ada Nana di antara cewe-cewe itu.

"Bentar deh. Nana mana?" tanya Gema.

"Justru itu kita bingung, gak tau Nana kemana." jawab Kia.

"Jadi daritadi kalian masang muka bingung, gara-gara ini?" tanya Nathan yang di angguki oleh mereka kecuali Calista.

"Nana gak ada pamit sama kalian?" tanya Alvaro.

Queen bergeleng kepala. "Tadi pas jam olahraga, Nana masuk ke dalam kelas. Kita pikir dia mau ambil sesuatu yang ketinggalan. Tapi malah habis itu dia gak balik lagi ke lapangan." jelas Queen.

"Dan waktu kita balik ke kelas, ternyata tasnya udah gak ada." sahut Kia.

Rich boy yang mendengar penjelasan dari cewe-cewe itu pun langsung berangguk paham. Mereka juga dibuat ikutan bingung, pasalnya selama kenal Nana, tak pernah gadis itu tidak pamit jika ingin pergi ke suatu tempat. Lalu, mengapa sekarang Nana diam-diam pergi? Dengan alasan apa gadis itu pergi tanpa memberitahukan mereka? Kemana perginya Nana?

"Jadi, kita mau cari Nana, nih?" tanya Nathan.

"Boleh tuh." ujar Kia.

"Kalian aja. Gue mau ke rumah sakit. Hari ini jadwal Rey terapi." Rayen yang sejak tadi hanya diam menyimak, kini telah membuka suara.

"Yaudah kalau gitu kita ke rumah sakit dulu, selesai Rey terapi, kita cari Nana." tutur Alvaro.

"Boleh tuh. Yaudah, yuk ke rumah sakit." sahut Gema.

"Kita ikut ke rumah sakit, boleh?" tanya Kia ragu.

"Pake nanya. Ya boleh lah, gimana sih." seru Gema bergeleng kepala.

Kia menyengir bak kuda balap. "Eheh... oke." katanya.

"Gue gak ikut. Sorry."

Suara pelan dari seorang gadis berhasil menyita perhatian rich boy, Kia dan Queen. Lantas mereka sontak melihat ke arah sumber suara, yang nyatanya itu adalah suara dari gadis yang sejak tadi hanya diam tanpa berinisiatif untuk menimbrung. Dia Calista.

"Loh... kenapa?" tanya Nathan.

"Gue ada urusan."

"Oh... oke gak papa." senyum Alvaro.

"Sok sibuk." sinis Rayen mencibir dalam hati dengan mata yang melirik tajam Calista.

"Yaudah, kalau gitu gue duluan ya. See you..." Calista tersenyum seraya melambaikan tangan pada rich boy. Tetapi, sedetik pun lirikan gadis itu tak tertuju pada Rayen, yang seakan-akan menganggap cowo itu ghoib di matanya.

"Dah.... Calista. Hati-hati..." ujar Queen dan Kia.

"Kita juga cabut yuk."

"Kuy lah..." sahut Nathan menimpali ucapan Alvaro.

Sekarang, tepat di pukul 13.30 wib. Rich boy bersama Queen dan Kia berlalu pergi meninggalkan halaman sekolah hendak menuju Rumah sakit. Hari ini mereka akan menemani Rey terapi.

•••

Suara tawa menghidupi suasana di tengah-tengah rich boy, Queen dan Kia yang tengah berjalan di koridor rumah sakit. Beberapa menit lalu mereka sampai di loby rumah sakit dan langsung masuk ke dalam bersama-sama. Berbagai cerita mereka lontarkan untuk berusaha menghidupkan suasana yang sejak di mobil sempat sunyi. Namun, meski suara tawa terus terdengar menggelegar di antara mereka, terdapat satu cowo yang hanya memilih diam tak bersuara, dia terus berjalan dengan gaya cool-nya dan wajah yang datar. Siapa lagi kalau bukan.... Rayen.

FIVE RICH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang