26. Salting

1.1K 75 231
                                    

Kembali lagi di FRB...
Maaf ya baru UP lagi...
soalnya Aku masih fokus ujian...:)
Kalian udah pada ujian belum?

Mybe untuk minggu ini Aku gak se-sering Up kayak biasanya. Minggu ini bakal sesekali aja aku UP, bisa jadi cuma sekali. Karena Aku mau fokus ujian dulu.

Hanya untuk minggu ini kok...
Semoga kalian bisa memakluminya, thanks😁🙏🏻

Okelah, langsung aja ke chapter ceritanya...
Happy Reading guys....! 🫶🏻

•••

"Lo gak papa?"

Secepat kilat menyambar, Calista menghempaskan tangan seorang cowo tampan berkulit putih dari tangannya yang sempat di pegang dan berinisiatif untuk membantunya bangun dari atas lantai.

Tanpa sengaja, kaki kanan Calista menyandung kaki kirinya karena di akibatkan gadis itu jalan dengan tempo yang sangat cepat.

Dari arah ujung koridor di depan Calista, nyatanya seorang cowo menyadari keberadaannya yang terjatuh. Lantas, buru-buru cowo tersebut berlari menghampiri Calista untuk membantunya.

Sangat disayangkan, Calista menolak bantuan dari sang cowo tersebut. Bahkan gadis itu menunjukkan raut wajah tak sukanya dan menyorot tajam manik mata cowo di depannya.

"Gak usah pegang-pegang gue." sentaknya dengan mata sinis dan bangun dari jatuhnya, sebelum akhirnya berjalan pergi meninggalkan sosok cowo yang hendak menolongnya.

Cowo itu berhembus pelan tanpa bisa berucap sepatah kata apapun lagi.

Tring.....

Suara bel terdengar di setiap penjuru sudut koridor sekolah. Rayen, cowo yang ditolak mentah-mentah untuk membantu Calista dari jatuhnya, dia sama sekali tak menghiraukan suara bel tersebut dan memilih terus berjalan menuju tempat yang sebenarnya dia juga tak tahu tempat kemana dirinya harus pergi.

Dering handphone berbunyi terus saja terdengar dari ponsel Rayen, tetapi Rayen tak mempedulikannya hingga akhirnya ia menyerah. Handphonenya terus berdering tanpa henti dan membuat cowo itu kesal lalu memutuskan untuk mengangkat teleponnya.

"Apa!?" Rayen sedikit menyentak dikala sambungan telepon mulai tersambung.

"Lo dimana?" suara dari sang penelepon terdengar di telinga Rayen.

"Bukan urusan lo."

"Lo gak mau balik apa gimana? Udah pulang sekolah ini."

"Mabok lo? Masih jam berapa ini?" Rayen melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 11.20 wib. Sangat jauh dari jam pulang biasanya.

"Guru rapat, kita dipulangkan cepat."

"Oh."

"Sialan. Udah buruan lo balik ke kelas, tas lo ini..."

"Hmm..."

"Kita tunggu!"

Tittt....

Rayen mematikan teleponnya secara sepihak, kemudian menyimpan benda pipih itu di dalam saku celananya.

Rayen menghela napas sebelum akhirnya berjalan kembali ke kelas untuk mengambil tasnya.

•••

"Rayen!"

Dari ujung koridor, Alexa berteriak memanggil nama Rayen dan membuat sang pemilik nama langsung menoleh ke arah sumber suara.

Alexa berlari kecil ke arah Rayen yang tengah seorang diri di koridor dekat parkiran.

FIVE RICH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang