"Halo...?"
Sambungan telepon aktif di handphone Rayen dari Rey.
"Lo kemana? Kita udah nunggu daritadi nih."
"Sorry gue lupa."
"Iya, yaudah buruan lo ke sini."
"Gak bisa. Gue di rumah sakit."
"Siapa yang sakit?"
"Calista."
"Calista?! Di rumah sakit mana?"
"Rumah sakit, lo."
"Gue emang kaya, tapi gue gak punya rumah sakit."
"Rumah sakit waktu lo di rawat dodol."
"Oh."
"Hmmm..."
"Gue, Nathan, Gema sama Alvaro, otw kesana."
"Ya."
Tittttt....
•••
"Keluarga Calista?"
"Saya temannya, dok. Gimana keadaan teman saya?" Rayen langsung mendekat di kala seorang dokter datang dari dalam ruang UGD dengan adanya alat stetoskop di lehernya.
"Tubuh yang sangat lemah, membuat pasien jatuh pingsan. Ditambah lagi dengan beberapa luka lebam di sekujur tubuhnya."
"Lukanya bisa sembuh kan, dok?" tanya Rey.
Sekarang rich boy telah berkumpul di rumah sakit dan mengkhawatirkan orang Calista.
"Bisa. Tapi membutuhkan waktu yang cukup lama, terutama di bagian matanya. Karena luka paling fatal ada di mata, yang hampir merusak retina matanya."
"Lakukan yang terbaik untuk teman kita, dok."
"Tolong sembuhkan teman kita, dok " sahut Nathan menimpali ucapan Gema.
"Pasti. Kami sebagai tenaga medis akan melakukan yang terbaik untuk pasien."
"Sekarang, boleh kita masuk, dok?" tanya Alvaro.
"Silahkan. Tapi kalau bisa dua orang saja ya, yang lainnya gantian."
"Iya, makasih dok."
"Sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu."
Seiring berjalannya dokter laki-laki paru baya tersebut, meninggalkan Rayen dkk, kelimanya langsung berdebat kecil untuk siapa dulu yang masuk ke dalam UGD.
"Siapa dulu nih yang mau masuk?" tanya Gema.
"Gue!" Nathan menyaut.
"Semangat banget lo?" kaget Gema.
"Curiga gue..." mata Alvaro memicing ke arah
"Curiga-curiga pala lo." sinis Nathan.
Rey dan Rayen hanya diam menikmati ocehan perdebatan tiga sekawan itu. Yang Rey bisa lakukan hanya bergeleng kepala saja, sedangkan Rayen menghela napas gusar.
"Jangan ribut. Ini rumah sakit."
"Udah, yang masuk duluan itu Rayen." lanjut Rey.
"Fiks sama gue!" lagi dan lagi Nathan menyaut dengan begitu bergembiranha, seakan-akan bahagia karena crush telah peka.
Alvaro mengernyitkan dahi sebelum akhirnya menampol kepala Nathan pelan. "Lo kenapa sih anjir. Semangat banget. Gue lapor Kia juga, Lo." sungut Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIVE RICH BOY
Teen FictionMelihat kedatangan mobil mewah dan motor sport setiap paginya sudah menjadi hal biasa di mata anak-anak Exavier Hight School. 5 remaja cowo tampan menjadi satu-satunya murid famous di sekolah dan banyak memiliki penggemar. Namun, satu di antaranya m...