68. Bukan cewe

546 36 29
                                    

UP pagiiii...🤩
Gatau, pengen aja up pagi ahahah...

Janlup RAMEIN ya‼️

•••

Calista berlari cepat keluar kamar dan menuruni tangga. Papa baru saja memberitahunya kalau Rayen berada di ruang tamu dan memintanya untuk menemui cowo itu. Entah kemasukan apa cowo itu mendadak datang ke rumahnya malam-malam begini? Meskipun ia tahu, ini belum terlalu larut karena jam masih menunjukkan pukul delapan malam.

Sesampainya di ruang tamu, Calista langsung berdiam diri dibawah tangga dengan pakaian piyama tidurnya. Ternyata Rayen benar-benar ada di sana, duduk santai di atas sofa dengan pakaian formal celana jeans dan kaus oblong pendek. Senyuman mengembang sempurna di wajah cowo itu saat matanya bertemu manik mata Calista.

"Ada apa nih, tumben banget ke rumah malam-malam?" tanya Calista seraya menghampiri Rayen dan duduk di sebelah cowo itu.

"Emang gak boleh nengokkin pacar sendiri?" balas Rayen terkekeh.

Calista menggigit bibir bawahnya. Cewe itu tengah menahan salting, pasalnya sudah lama ia tidak mendengar kata 'pacar' dari mulut seorang Rayen.

"Ya tapi kan tadi kita udah ketemu."

"Masih kangen." alibi Rayen tersenyum lebar hingga menciptakan matanya yang turut tersenyum. (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)

"Apasih, sok asik..." Calista mencoba untuk tidak terlihat salah tingkah, ia memilih untuk menampol lengan cowo itu.

"Lah emang akunya masih kangen sama kamu."

"Gombal!" sinis Calista di akhiri dengan kekehan.

Rayen terkekeh sebelum akhirnya menarik Calista agar masuk ke dalam dekapannya. "Kok gombal sih? Aku beneran loh ini..." katanya.

"Rayen! Rambut aku!" pekik Calista kesal, pasalnya rambutnya tersangkut di lengan Rayen.

"Oh iya maaf..." Rayen reflek melepaskan tautannya dan sibuk memandangi Calista yang tengah merapikan rambut.

"Kalau gini kan enak diliatnya. Akur."

Suara Dimas mengalihkan semuanya. Pria baya itu tiba-tiba hadir dari arah dapur dengan membawa segelas kopi di tangan kanannya sedangkan tangan kiri di sembunyikan pada saku celana.

"Papah/Om!?" kaget mereka bersamaan.

Dimas terkekeh. "Jangan ada kata putus lagi ya. Begini aja terus, romantis!" ujarnya.

"Sudah-sudah, dilanjut lagi ngobrolnya. Tapi ingat jangan macam-macam! Papah mau ke kamar dulu..."

"Ray, titip Calista ya. Kalau bandel, usir aja." tukas Dimas menahan tawa.

Calista mendelik tajam. "Papah! Tega banget, ini kan juga rumah aku, masa di usir. Rayen aja tuh yang di usir. Gak ada yang ngundang dia datang ke sini, juga..." cibirnya dengan mulut yang memanyun.

"Tapi kamu seneng kan, Rayen datang,?" ledek Dimas yang membuat Calista tak bisa berkutik. Gadis itu hanya diam menahan senyuman malu-malu. Sedangkan Rayen yang di sampingnya terkekeh dan mengacak-acak rambutnya gemas.

Dimas menggelengkan kepala seraya tertawa kecil. Rasanya sangat tenang dan damai saat matanya menangkap anak semata wayangnya yang tersenyum dan tertawa bahagia. Sudah lama sekali ia tidak melihat Calista sebahagia ini.

"Kalian lanjut ya. Papah ke atas dulu.." final Dimas yang di angguki oleh keduanya.

"Udah makan?" tanya Rayen saat Dimas telah pergi dari hadapan mereka.

Calista menggelengkan kepalanya. "Belum..." balasnya.

"Oh." ucap Rayen yang berangguk kepala.

Calista mendelik. Tak percaya kalau jawaban Rayen akan sesingkat dan sepadat itu. "Cuma OH doang!?" pekik Calista seraya menekan kata 'oh'.

FIVE RICH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang