"Lo tugas biologi udah kelar belum, Cal?" tanya Nana.
Saat ini Calista dkk berada di dalam kelas mereka dan berkumpul di meja Calista.
"Udah..."
"Liat dong..." cengir Nana yang dibalas senyuman oleh Calista.
"Nih, liat aja." Calista memberikan buku tugasnya pada Nana.
"Asik... thanks, Cal!" Nana menjawab dengan sumringahnya dan langsung kembali pada bangkunya untuk mengerjakan tugas.
"Tumben lo belum kelar, Na?" tanya Kia.
"Gue lupa."
"Lupa apa lupa?" sahut Queen.
"Sumpah gue lupa. Tadi malam gue ngedrakor..."
"Udahlah gak herman." tutur Kia.
"Emang lo pada udah siap?" tanya Nana bertanya balik.
"Belum." begitu serempakanya dua gadis keturunan India dan Bali itu menjawab.
Nana dan Calista bergeleng kepala melihatnya.
"Gak herman.'" ujar Nana.
"Liat dong!" Queen merebut buku tugas Calista dari Nana.
"Punya Calista woy!" seru Nana.
"Cal, kita liat ya..."
"Please...." sambung Queen memohon. Mau tak mau Calista mengiyakan, karena tak tega melihat raut wajah malang sahabatnya.
"Yes! Thanks Cal!" ucap Queen.
"Sumpah Cal, lo emang sahabat gue yang paling terbaik di dunia! Love you Cal!" Kia bersuara dengan lancar dan lantangnya kemudian ikut duduk bersama Nana untuk mengerjakan tugas, sama juga dengan Queen yang ikut duduk bersama mereka.
Lain dengan Nana, Kia dan Queen yang sibuk mengerjakan tugas, Calista memilih untuk memainkan handphonenya, mengutak-atik aku media sosialnya.
Sedangkan di sisi lain...
"Tumben banget bapak yang ngajak, biasa pak Pandu'" Rayen bertanya pada pak Jo.
Sekarang Rayen sudah berada di ruangan guru olahraga kelas sebelas berada, yakni pak Jo.
Guru laki-laki baya berkisar umur 47 itu nampak memakai baju kaos hijau stabilo, celana olahraga hitam bergaris putih dan bet kalung dengan gantungan pluit, terpasang di lehernya. Bapak guru olahraga tersebut duduk di balik meja kayu di depan Rayen.
"Iya, kebetulan pak Pandu sedang ada urusan di luar kota. Jadinya dia memberikan saya kepercayaan untuk membawa kalian tanding basket di SMA Permana Jakarta." jelas pak Jo.
"Eric juga, pak?" tanya Rayen lagi.
"Iya Eric dan teman-temannya juga. Tapi mereka menjadi bagian cadangan."
"Maaf pak, saya gak bisa kalau Eric dan teman-temannya jadi cadangan."
Pak Jo mengerutkan dahi. "Kenapa begitu, Ray?" tanyanya bingung.
"Eric dan teman-temannya kan juga anggota basket di Exavier pak, jadi mereka juga berhak ikut lomba ini tanpa menjadi cadangan."
"Tapi Ray, lomba basket kali ini beranggota lima orang dan anggota kelompok basket kamu sudah pas lima orang."
"Saya rasa itu sudah bagus dan Eric akan menjadi cadangan. Saya yakin, kalian pasti menang." lanjut pak Jo.
"Memang kalah biasa, pak. Tapi keadilan tetap nomor satu."
"Yasudah, jadi mau kamu gimana Ray?" tanya Pak Jo menghela napas.
"Saya mau, tim Eric dan tim saya latihan untuk menentukan siapa yang paling terbaik untuk bisa ikut tanding basket ini, pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
FIVE RICH BOY
Novela JuvenilMelihat kedatangan mobil mewah dan motor sport setiap paginya sudah menjadi hal biasa di mata anak-anak Exavier Hight School. 5 remaja cowo tampan menjadi satu-satunya murid famous di sekolah dan banyak memiliki penggemar. Namun, satu di antaranya m...