78. Anara Sintya

485 34 10
                                    

makin di perhatikan makin sepi ya heee...
pada kemana?
atau jangan-jangan kalian semua ada tpi pembaca gelap?

ayolah, dimana rasa menghargainya?
yuk bisa yuk ramein lagi...
penuhi komen...
perbanyak vote...

hargai karya orang lain‼️
yang udah ramein, thank you ya...🫰🏻

•••

Anara bingung. Sudah dua hari ia merasa ada yang salah dengan dirinya. Kemana saja Anara pergi, seperti ada yang selalu membuntutinya. Baik di sekolah, kantin, perpustakaan, atau bahkan di kelas. Sebuah pasang mata terasa terus menatap lekat ke arahnya sepanjang pembelajaran di kelas hingga membuat Anara terasa sulit untuk bergerak. Dia sedikit risih akan hal itu, tetapi ia tak tahu siapa yang memandangnya sedalam itu. Atau hanya perasaannya saja?, pikir cewe itu.

Anara selalu berpikir, tidak ada yang aneh di wajahnya, atau dua tanduk yang tumbuh di atas kepalanya bahkan pakaiannya pun bersih, tidak ada bercak yang membuat orang-orang dapat terus memperhatikannya. Anara juga memastikan kalau tubuhnya sudah di semprot parfume. Namun, tetap saja perasaan akan tatapan dan di bututi itu selalu saja menghantui dirinya.

"Kenapa?" tanya seorang cewe yang duduk di sebelah Anara, dia sadar akan kegelisahan teman sebangkunya itu.

Anara bergeleng kepala dan melanjutkan kegiatan menyalin tulisan dari papa tulis, diikuti oleh teman di sampingnya.

"Kenapa gue ngerasa daritadi ada yang merhatiin gue ya?" lirihnya.

Sementara di bangku nomor dua dari belakang, seorang cowo berparas sedikit tampan, nampak memasang sorot mata dalam yang terus mengarah kepada Anara. Tak bosan-bosannya dia memandang bahkan buku tulisnya masih bersih karena belum tertulis apapun oleh tinta pulpen cowo itu.

"Woy! Kerjain noh yang di papan tulis... malah bengong ae lo." celetuk salah seorang temannya.

"Ck, ganggu lo." dumelnya.

"Lagian lo daritadi ngeliat Anara mulu. Gak akan pergi juga tu cewe..."

"Suka-suka gue..."

"Mending lo nulis aja deh, ntar kalo terus ngeliatin Anara, yang ada bikin tu cewe risih sama lo." sahut satu orang temannya lagi yang ikut menimbrung.

"Iya-iya, ini gue nulis..." ucapnya yang langsung membuka tutup pulpen kemudian mulai menyalin tulisan dari papa tulis. Tetapi, belum ada lima menit menulis, seketika tangannya terhenti dan kembali menatap Anara.

Pletak!

Satu tampolan mendarat di kepalanya yang tentunya di hadiahi dari temannya di samping kiri.

"Nulis anjir!" celetuknya.

"Sialan lo!"

"Anara!"

Sial! Temannya meneriaki Anara hingga membuat sang pemilik nama langsung menoleh ke arah mereka di belakang kelas.

"Kok lo panggil, bego!" cetusnya kesal.

"Gak jadi." cengir teman cowo itu yang melihat Anara menatap padanya. Mendengar jawaban itu sungguh berhasil membuat Anara kesal dan langsung berbalik badan ke arah depan.

"Kenapa sih, orang-orang di kelas ini aneh?" gumam Anara.

"Aneh? Rich boy lo bilang aneh!?" celetuk Sarah teman sebangkunya.

"Rich boy?" bingung Anara.

Sarah menganggukkan kepala. "Iya rich boy. Mereka di segani di sekolah, harusnya lo bersyukur bisa di panggil sama Alvaro tadi." ujar Sarah.

FIVE RICH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang