30. Perkara Razia

933 63 117
                                    

Decitan rem mendadak di motor Nathan, membuat Alvaro terkejut hingga ia ikut mengeremkan motornya.

"Kenapa Nat?" tanyanya.

"Bakso bro. Beli dulu kuy. Lo mau beli juga gak?"

Alvaro merubah raut wajahnya dengan mengerut kesal. Dikiranya ada sesuatu yang terjadi hingga membuat Nathan mendadak ngerem, tapi nyatanya... ah sudahlah.

"Sialan, gue kira kenapa. Udah buruan lo beli, gue gak mau."

"Tapi gue mau makan disini bro."

"Gak usah alay. Buruan beli, makannya di rumah. Gue tunggu disini." ucap Alvaro.

"Hmmm..." dengan lesu cowo berambut sedikit ikal itu membawa motornya di depan sebuah gerobak bakso pinggir jalan raya.

Nathan yang sibuk memesan bakso, Alvaro memilih untuk menunggu di atas motornya dengan melihat ke sekitar untuk menghilangkan rasa jenuh karena menunggu Nathan membeli bakso.

Meski terkenal kaya, remaja cowo ini tetap selalu memilih untuk makan makanan pinggir jalan. Walaupun tak terlalu sering. Setidaknya mereka masih tetap ingin rendah hati.

15 menit berlalu dan sekarang Alvaro juga Nathan telah kembali melajukan motornya untuk melanjutkan perjalanan pulang, dengan Nathan yang sudah membawa sebungkus bakso.

Sepanjang perjalanan tentunya tak ada masalah apapun dari keduanya. Semua berjalan dengan mulus dan tentram, selama perjalanan kembali ke rumah setelah masalah membeli bakso tadi pun, Nathan nampak lega karena berhasil memenuhi hasrat nafsunya untuk memakan bakso meski makannya di rumah.

Semua berjalan mulus dan aman sebelum akhirnya Nathan dan Alvaro berpisah di simpang ujung jalan Kartini. Alvaro belok ke kanan dan Nathan yang lurus. Suara klakson motor keduanya pun terdengar keras saling bersahutan, untuk memberikan kat perpisahan di jalan.

Nathan dengan santainya terus menyetir motornya tanpa ada suara yang keluar dari mulutnya. Hanya suara angin dan geberan motor yang menemani Nathan sepanjang perjalanan pulang ke rumah, sebelum tiba-tiba Nathan kembali mengerem mendadak motornya lagi.

"Sialan ada polisi."

"Gua lupa bawa surat-surat gak jelas itu." lanjutnya.

Nathan begitu kaget saat matanya menangkap beberapa polisi di jalan depan, dimana dirinya akan melewati jalan itu. Satu hal yang paling Nathan tidak suka ya berurusan dengan polisi, apalagi semua surat, sim dan KTP-nya lupa ia bawa hari ini. Tak tahu lah, cowo itu memang sangat sering sekali mengeluarkan semua benda penting itu dari dalam dompet levisnya. Dan yang paling membuat orang geleng-geleng kepala adalah... Nathan tidak mengenakan helm!

Pagi tadi cowo itu begitu sangat buru-buru pergi ke sekolah di karenakan kesiangan.

"Gimana ini ya...?" gumamnya bingung.

Mata Nathan terus mengedar ke segala arah, untuk menemukan jalan keluar agar bisa terhindar dari polisi itu. Putar balik? Oh tidak-tidak, itu sangat jauh jika Nathan harus putar balik.

Kalau sudah begini, pikiran jernih, cemerlang seorang Nathan sudah tak normal lagi. Hingga akhirnya Nathan memutuskan untuk...

"Assalamu'alaikum!"

"Ibu udah makan? Kalau belum, ini ada bakso buat ibu." lanjut Nathan memberikan bungkusan baksonya tadi pada seorang ibu baya berdaster bunga-bunga merah muda.

Nathan dengan pedenya membawa motornya pada sebuah rumah di dekat polisi itu bertugas. Dia nekat untuk berjalan ke rumah itu agar bisa terhindar dari razia. 

Kedatangan Nathan yang tiba-tiba kemudian menyodorkan sebuah bungkusan bakso, tentunya membuat ibu-ibu yang asik duduk di depan rumahnya pun langsung terpelongo dan langsung bangun dari duduknya.

FIVE RICH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang