21. Pacaran

1.1K 67 7
                                    

"Keluar yuk..." ajak Clay.

"Kemana?"

"Laper gue." Rayen menatap sinis sebelum akhirnya mengiyakan, kemudian cowo itu bangun dari duduk sofanya untuk menghampiri Calista.

"Gue sama Clay keluar bentar. Kalau ada apa-apa telpon gue. Nomor gue udah ada di hape lo."

"Hmmmm..." hanya balasan deheman yang Calista lontarkan bahkan tnpa memandang kearah Rayen. Manik mata gadis itu terus terfokus pada layar handphonennya.

Memang sejak awal Clay datang hingga kini waktu sudah tengah hari, ia dan Rayen terus berbincang dengan asik tanpa ditemani camilan. Wajar kalau dirinya lapar.

Setelah dua cowo itu benar-benar pergi untuk sebentar dan meninggalkan Calista seorang diri di kamar, gadis itu nampak tersenym bebas. "Akhirnya gue sendirian juga. Berisik banget ada mereka." lirihnya.

DUARRR....!

Pintu kamar terbuka keras. Sepertinya seseorang telah mendobraknya secara paksa. Calista dibuat kaget, pasalnya baru saja ingin hidup tenang, tetapi malah hadir seseorang yang akan membuat moodnya hancur.

"Mamah...!?" kaget cewe itu dikala matanya menangkap sosok Karina di ambang pintu kamar inapnya.

Karina berjalan dengan menghentakkan kaki ke arah Calista. Wajahnya nampak merah padam, layaknya seperti orang yang menahan amarah. Didekatinya anak tirinya itu sembari melempar tatapan tajam mematikan hingga membuat Calista tak bisa bergutik.

"Enak banget ya... tidur disini, males-malesan, udah kayak ratu. Sedangkan aku di rumah udah kayak babu!"

"Pulang kamu!" lanjutnya dengan suara menyentak dan tangan kiri Calista di tarik kuat.

"Awws... sakit mah..." ringis cewe itu.

"Gak usah sok paling tersakiti deh. Sekarang kamu ikut aku, kita pulang!"

"Kamu tau nggak, uang aku habis cuma buat beli go food doang!"

"Kenapa beli go food?" tanya Calista bingung.

"Ya karena KAMU GAK ADA DI RUMAH! Gak ada yang masak, sedangkan papah mu rajin makan!"

"Kenapa mamah gak masak aja?" ceplos Calista.

"Ngejek aku, iya!?"

"Mampus... dia kan gak bisa masak. Lupa gue." gerutu Calista dalam hati.

Karina mulai geram. Dia berpindah tempat menjadi di sebelah kanan Calista sbelum akhirnya wanita baya itu hendak meraih infussan Calista untuk di cabut paksa. Untungnya Calista dengan sigap langsung menjauhkan tangannya dari wanita gila itu. Tetapi...

"Handphone siapa ini?!" Karina menemukan handphone pemberian Rayen. Di ambilnya dari samping Calista.

"Hand-phone Calista, mah..."

"Handphone kamu? Hasil ngepet!?"

"Nggaklah mah!" jawab Calista hampir kelepasan nada tingg. Menurutnya Karina sudah sangat keterlaluan, telah berani menuduhnya yang tidak-tidak.

"Jadi darimana? nyuri? ngerampok? ngemis?"

"Dari saya."

Suara intonasi serak basah, yang tak lain adalah suara Rayen, terdengar tiba-tiba. Cowo itu ternyata sudah berada di ambang pintu bersama dengan Clay. Rayen berjalan perlahan masuk ke dalam di ikuti oleh Clay, mendekati wanita baya tersebut dan Calista.

"Kamu?" kaget Karina.

"Yah. Handphone itu saya yang berikan untuk Calista."

"Kembalikan handphone itu..." Rayen mengulurkan tangannya ke depan dengan telapak tangan yang mengarah ke arah.

FIVE RICH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang