74. Cokelat

471 33 1
                                    

"Hah, apaan?"

Queen mengerutkan dahinya dengan menunjukkan sebuah cokelat silverqueen di tangan kanan. Dia bertanya pada Alvaro, yang tiba-tiba memberikannya cokelat itu.

Masih di depan minimarket tepatnya di dalam mobil, Alvaro dengan gaya cool-nya menatap sang kekasih yang berwajah bingung di depannya.

"Kebiasaan curut satu nih." seru Alvaro.

"Hah, apasih. Gak jelas lo!" pekik Queen.

Alvaro menghela napasnya pelan. Queen selalu saja membuatnya menjadi manusia sabar.

"Kan tadi minta, pake nanya lagi."

"Kapan?"

"Waktu di rumah sakit. Kamu liat ada bocil makan cokelat, kamu bilang kamu mau."

"Yaudah ini aku beliin." lanjut Alvaro.

Memang benar. Saat pulanh dari rumah sakit ketika usai menjenguk Calista, Queen tidak sengaja melihat seorang anak kecil memakan cokelat begitu lezat dan sangat menikmatinya di depan parkiran rumah sakit. Jiwa-jiwa penyuka cokelatnya seketika bergejolak saat melihat itu dan mencicit pada Alvaro untuk meminta dibelikan cokelat. Tetapi, nyatanya saat itu Alvaro hanya diam dan terus berjalan menuju mobilnya. Queen sempat kesal, dan memilih diam.

Sekarang, disinilah mereka berada. Minimarket yang terletak tak terlalu jauh dari rumah sakit. Alvaro tanpa membuka suara, langsung keluar mobil lalu masuk ke dalam minimarket, sedangkan Queen di pintanya untuk menunggu di dalam mobil. 12 menit menunggu, akhirnya cowo itu kembali masuk ke mobil dan memberikan tiga buah cokelat silverqueen pada Queen.

"Berarti lo denger ucapan gue tadi, dong?" Alvaro mengangguk pelan.

"Terus kenapa lo gak jawab!?"

"Buat apa jawaban tanpa bukti? Lebih baik diam dan bertindak untuk membuktikan, kan?" jelas Alvaro yang membuat Queen melongo. Bisa cerdas juga ternyata Alvaro, pikir cewe itu.

Queen menyandarkan punggungnya di sandara mobil dan mengalihkan pandangannya dari Alvaro ke arah depan. "makasih."

"Sesingkat itu?" tanya Alvaro dan membuat Queen reflek kembali menatap cowo itu.

"Terus mau lo?"

"Minimal bilangnya gini, makasih Alvaro cintanya aku yang ganteng." pede cowo itu dengan memainkan kedua alisnya naik turun dan senyuman smirknya.

"Dih...."

"Buruan!" tegas Alvaro.

"Makasih Alvaro cintanya aku yang ganteng." Queen mengatakannya penuh ketertekanan dan senyuman paksa kemudian saat selesai mengucapkan kalimat itu, wajahnya kembali datar.

Alvaro terkekeh. Memang paling suka dirinya melihat Queen tertekan seperti itu.

"Duhhh... lemes abang, dek... gak kuat dibilang ganteng sama adek..." adu Alvaro memegang dadanya. Mungkin bagi Alvaro itu hal wajar dan bisa di maklumi untuk dirinya yang sedang salting. Tetapi... bagi Queen, itu sangat alay dan berlebihan. Walau pacarnya itu sedikit alay, entah mengapa cewe itu begitu mencintai dan menyayangi Alvaro.

"Mulai.... gak usah lebay deh."

Alvaro menyengir. "Kapan lagi denger kamu ngomong ganteng dan cinta aku, coba?"

Queen hanya diam dan mulai membuka satu bungkus cokelat silverqueen itu. Gadis itu memakan dengan pelan dan santai saat bungkusan cokelat telah berhasil dibukannya.

"Yang...?" panggil Alvaro.

"Hmmm..." Queen menjawab dengan berdehem tanpa menoleh sedikit pun pada Alvaro. Dia sibuk memakan cokelat di tangannya.

FIVE RICH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang